Kemudian juga menjadi gubernur militer daerah Surakarta dan sekitarnya, serta panglima Corps Polisi Militer.
Salah satu pencapaiannya adalah memimpin Serangan Umum Surakarta pada 14 Februari 1949 yang berhasil menguasai kota dari tangan Belanda.
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949, Gatot Subroto melanjutkan karier militernya dengan menjadi wakil kepala staf TNI Angkatan Darat pada tahun 1956.
Ia juga menjadi panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro Semarang. Selain itu, ia juga aktif di bidang politik dan kebudayaan.
Lalu menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan ketua Ikatan Pencinta Kebudayaan Indonesia (IPKI).
Gatot Subroto juga dikenal sebagai salah satu pendiri ASEAN dan tokoh internasional.
Ia terlibat dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 sebagai salah satu delegasi Indonesia.
Beliau juga menjadi salah satu inisiator pembentukan Maphilindo, sebuah federasi yang meliputi Malaysia, Filipina, dan Indonesia, pada tahun 1963.
Lalu berperan dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, seperti India, Pakistan, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam Selatan, dan Jepang.
Gatot Subroto meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung pada 11 Juni 1962 di Jakarta.
Beliau dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang dengan upacara militer yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Atas jasa-jasanya, ia diberi gelar pahlawan kemerdekaan nasional pada 18 Juni 1962 oleh pemerintah Indonesia.
Nama Gatot Subroto juga diabadikan sebagai nama jalan, gedung, rumah sakit, universitas, dan lain-lain di berbagai daerah di Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR