Pada tahun 1677, Amangkurat I meninggal dan Amangkurat II naik tahta sebagai raja Mataram.
Ia menghadapi pemberontakan Trunajaya yang berhasil merebut ibu kota Mataram di Plered.
Kemudian meminta bantuan VOC untuk mengusir Trunajaya dan menandatangani Perjanjian Giyanti pada tahun 1679 yang mengakui kekuasaan VOC atas wilayah-wilayah Mataram.
Pada tahun 1680, ia memerintahkan pembangunan keraton baru di Kartasura sebagai pusat pemerintahan baru Mataram.
Ia juga menolak untuk mengakui adiknya, Pangeran Puger, sebagai raja Mataram di Plered.
Setelah mendengar berita bahwa Puger bukanlah adiknya yang sebenarnya, melainkan anak Cornelis Speelman yang menyamar sebagai Puger.
Amangkurat II dikenal sebagai raja yang suka memakai seragam angkatan laut Belanda sehingga mendapat julukan Sunan Amral.
Ia juga dikenal sebagai raja yang haus kekuasaan dan tidak segan-segan membunuh lawan-lawannya.
Ia dikabarkan memiliki banyak istri, tetapi hanya memiliki satu putra, yaitu Raden Mas Sutikna.
Menurut Babad Tanah Jawi, ibunya mengguna-guna semua istrinya yang lain sehingga mandul.
Amangkurat II meninggal pada tahun 1703 dan digantikan oleh putranya sebagai Amangkurat III.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR