Baik Babat Tanah Jawi maupun Serat Kandha tak menyebut secara detail kapan Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam, mangkat.
Intisari-Online.com -Babad Tanah Jawi sedikit sekali menceritakan kematian Panembahan Senopati, penguasa pertama Mataram Islam.
Meski begitu, ada fragmen yang menarik sebelum dia dijemput Yang Maha Kuasa.
"Sebelum meningga, Raja memberi amanat kepada Jolang, putranya, untuk menggantikannya sebagai raja, meski masih muda," tulis BTJ, dikutip dari buku Awal Kebangkitan Mataram.
"Pelanggaran terhadap amanat ini akan mendatangkan amarah Allah."
Secara tidak langsung, Senopati mengingatkan kepada Mas Jolang bahwa menjadi Raja Mataram Islam adalah amanat Tuhan.
Kira-kira bisa kita simpulkan: jika Mas Jolang sampai mengingkari amanat itu, niscara akan datang amarah Tuhan kepadanya.
Masih menurut BTJ, Senopati wafat hanya tiga tahun setelah dia dinobatkan sebagai raja Mataram Islam.
Tak ada keterangan lebih selain bahwa jenazahnya dimakamkan di selatan masjid--di Keraton Kotagede.
Serat Kandha juga tidak memberi informasi yang lebih banyak.
Cuma saja, sumber ini lebih menegaskan soal penunjukkan Mas Jolang, versi Serat Kandha bernama Mangku Nagara, beberapa bulan sebelum meninggalnya Senopati.
Sumber itu juga cuma menjelaskan bahwaSenopati sudah mengatur supaya suksesi berlangsung dengan damai.
Terlepas dari itu, dua sumber di atas tak menyebutkan sama sekali tanggal resmi kapan Senopati mangkat.
Untung saja Babad Sangkala menyinggungnya.
Sumber ini menulis beberapa kejadian pada 1523 Jawa (1601 Masehi): wafatnya Panembahan Senopati, pindahnya Adipati Puger ke Demak, dan gerhana matahari.
Panembahan Senopati sendiri punya gelar anumerta Panembahan Seda ing Kajenar, kemungkinan besar dia meninggal di Jenar di dekat Sragen.
Sumber ini dikuatkan dengan keterangan Thomas Raffless.
Menurut sumber yang diperoleh HJ De Graaf, pada 30 Juli 1601 terjadi gerhana matahari total.
"Jalur totalnya masih menyerempet daerah Jawa Utara. Mungkin sekali di Jawa Tengah itu bersifat total atau paling sedikit hampir..." tulis De Graaf, mengutip Canon der Finsternisse yang ditulis oleh Theodor Oppolzer.
Sementara menurut sumber Belanda, Raden Mas Jolang meninggal tak lama setelah keberangkatan Gubernur Jenderal Both dari Jepara pada 29 September 1613.
Jadi kira-kira Mas Jolang, yang kelak bergelar Panembahan Sedo ing Krapyak, meninggal pada Oktober 1613.
Lalu menurut Babad Tanah Jawi, Raden Mas Jolang meninggal setelah 12 tahun memerintah Mataram Islam.
Dari situ muncul kesimpulan atau kemungkinan besar bahwa Panembahan Senopati memang meninggal sekitar tahun 1601.
Pemberontakan Pati sendiri terjadi setahun sebelum raja pertama Mataram Islam itu mangkat.