Intisari-Online.com -Nuku Muhammad Amiruddin atau Sultan Nuku adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku Utara.
Ia merupakan sultan dari Kesultanan Tidore yang memimpin perjuangan melawan penjajahan Belanda pada abad ke-18.
Artikel ini akan memberikan penjelasan secara singkat perjuangan Nuku dari Kerajaan Tidore.
Anda akan mengetahui latar belakang, perlawanan, dan akhir perjuangan Nuku yang penuh dengan semangat juang dan patriotisme.
Anda juga akan mengetahui bagaimana Nuku berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Maluku Utara dan mengusir Belanda dari Tidore.
Latar Belakang Perjuangan Nuku
Perjuangan Nuku diawali dengan peristiwa penangkapan Sultan Jamaluddin, ayahnya dan pemimpin Kesultanan Tidore pada tahun 1779 oleh Belanda.
Hal ini karena Sultan Jamaluddin menolak untuk bekerja sama dan membuka kantor dagang Belanda di Tidore.
Dengan diasingkannya Sultan Jamaluddin ke Batavia (Jakarta), maka Kerajaan Tidore membutuhkan seorang pemimpin baru.
Berdasarkan tradisi Kerajaan Tidore, pengangkatan raja baru harus berdasarkan silsilah.
Baca Juga: Inilah Pengaruh Iklim Terhadap Keragaman Sosial Budaya di Indonesia
Namun, Belanda mencampuri urusan ini dan mengangkatSultan Kamaluddin, adik Nuku, sebagai Sultan Tidore.
Hal ini menimbulkan kemarahan Nuku yang merasa haknya sebagai putra mahkota telah direnggut oleh Belanda.
Ia pun menolak untuk mengakui Patih Jailolo sebagai Sultan Tidore dan menyatakan dirinya sebagai Sultan Tidore yang sah pada tahun 1780.
Perlawanan Nuku terhadap Belanda
Sejak saat itu, Nuku terus melancarkan perlawanan terhadap Belanda dengan berbagai cara dan strategi.
Semuanya secara resmi dimulai pada 13 April 1779, kala Nuku diangkat menjadi Sultan Tidore.
Setelah pengangkatan tersebut, dia langsung menggalang kekuatan untuk melawan penjajah Belanda.
Ia membuat kora-kora di wilayah sekitar Pulau Seram dan Irian Jaya.
Selain itu, Nuku juga membangun benteng pertahanan di Seram Timur pada 1781.
Enam tahun kemudian, tahun 1787, Belanda menyerang Seram Timur untuk mengalahkan Sultan Nuku dan pasukannya.
Meskipun benteng pertahanan Nuku di Seram Timur berhasil dikuasai oleh Belanda, Nuku berhasil melarikan diri dan memindahkan benteng pertahanannya ke Pulau Gorong.
Baca Juga: Tradisi Pukul Sapu, Cara Unik Masyarakat Maluku Tengah Menjaga Warisan Leluhur dengan Sapu Lidi
Di Pulau Gorong itulah Nuku merancang strategi perlawanan baru untuk merebut kembali takhta dan mengusir Belanda dari Tidore.
Salah satu strategi yang dilakukan Nuku adalah dengan bersekutu dengan orang-orang Inggris, di mana ia membujuk mereka agar bersedia mengusir orang-orang Belanda.
Pasukan Nuku pun semakin kuat setelah mendapat peralatan perang dari Inggris.
Karena sering mengalami kegagalan, VOC menawarkan perundingan dengan Nuku, tetapi ditolak.
Kemudian, pada 1796, pasukan Nuku berhasil mengambil alih dan mengendalikan Pulau Banda.
Setahun kemudian, tahun 1797, Nuku telah kembali berkuasa di Tidore, yang kemudian membuat Sultan Kamaluddin kabur ke Ternate.
Nuku kemudian dinobatkan sebagai sultan oleh rakyat Tidore dengan gelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan.
Perlawanan Nuku berlangsung selama 25 tahun (1780-1805) dan berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Maluku Utara.
Ia juga berhasil mengusir Belanda dari Ternate pada tahun 1801.
Akhir Perjuangan Nuku
Perjuangan Nuku berakhir pada tahun 1805 ketika ia meninggal dunia karena sakit di Pulau Mare. Ia dimakamkan di sana dengan upacara adat yang meriah.
Meskipun demikian, perjuangan Nuku tidak sia-sia. Ia telah menunjukkan semangat juang yang tinggi dalam membela tanah airnya dari penjajah.
Ia juga telah menginspirasi rakyat Maluku Utara untuk terus melawan Belanda hingga akhirnya Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Untuk menghargai jasa-jasanya, Sultan Nuku dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 7 Agustus 1995 oleh Presiden Soeharto.
Baca Juga: Kisah Kapitan Pattimura, Panglima Perang Maluku yang Menyatukan Kerajaan Nusantara Melawan VOC