Banyak yang menyebutnya sebagai kerajaan fiktif, apakah Kerajaan Salakanagara benar-benar ada?
Intisari-Online.com -Kerajaan Salakanagara disebut-sebut sebagai entitas politik pertama di Jawa, bahkan Nusantara.
Meski begitu, tak sedikit pula yang menyebut bahwa kerajaan ini fiktif belaka lantaran tak ada bukti peninggalannya.
Terkait klaim sebagai kerajaan pertama di Jawa, hal itu disebut oleh naskahPustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta yang kontroversial.
Kerajaan ini disebut berada di wilayah barat Pulau Jawa, sekarang masuk Banten.
Dari sumber yang disebutkan di atas, Kerajaan Salakanagara didirikan oleh sesosok bernama Dewawarman I.
Dia dikisahkan sebagai seorang pedagang yang datang dari India yang dikirim untuk menjalin hubungan perdagangan di Yawadwipa.
Yang membuat para ahli ragu dengan keberadaan kerajaan ini adalah tidak adanya bukti arkeologis.
Berbeda dengan Kerajaan Tarumanagara.
Sumber-sumber mengenai kerajaan ini hanyalah cerita naskah yang dikemas dalam beberapa Naskah Wangsakerta yang otentitasnya sangat diragukan akademisi Indonesia.
Seperti disebut di awal,sumber utama sejarah Kerajaan Salakanagara hanya pada naskah Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara.
Naskah itu sendiri disusun padaabad ke-17, oleh dewan yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Cirebon.
Menurut sebuah sumber Cina yang juga diragunkan, Kerajaan Salakanagara telah melakukan kerajasama dengan Dinasti Han hingga abad ke-3.
Diperkirakan Kerajaan Salakanagara berdiri di sebuah kota yang terkenal dengan logamnya.
Kata Salakanagara berarti "Negeri Perak" didirikan pada 52 Saka.
Penguasa pertama di Salakanagara adalah Aki Tirem, seorang ahli pertanian berkebangsaan Tiongkok, yang hidup disekitar pesisir Teluk Lada Pandeglang, Banten.
Dia disebut besandari Nyai Muti'ah, penguasa perempuan berdarah Arab yang menguasai Tanah Pusaka Sukahurip di sekitar muara sungai kuno Sandang Pinggan.
Konon tokoh awal yang berkuasa di Banten adalah Aki Tirem.
Kota inilah yang disebut Argyrè oleh Ptolemeus dalam tahun 150, dikarenakan Salakanagara diartikan sebagai "Negara Perak" dalam bahasa Sanskerta.
Kota ini terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang, Banten.
Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua pedagang dari Pallawa (Indo-Parthia) Dewawarman I ketika putri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pohaci Larasati diperistri oleh Dewawarman I.
Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman I menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke India.
Kerajaan Salakanagara juga disebut sebagai pendahulu Tarumanagara.
Tapi banyak ahli yang mempersoalkan masalah institusi kerajaan sebelum Tarumanegara melalui berbagai sumber sejarah seperti berita Tiongkok dan bangsa Eropa atau naskah-naskah Kuno.
Kerajaan Salakanagara disebut berada di Cihunjuran, Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
Di situ terdapat tiga menhir dan tujuh mata air yang dikenal tujuh sumur.
Ada tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Salakanagara.
Mereka adalah Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta) dan Gunung Salak (Bogor).