Mengenal Kerajaan Gelgel, Penerus Majapahit yang Berhasil Membendung Serangan Mataram Islam

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Kerajaan Gelgel yang berhasil membendung serangan Mataram Islam.
Ilustrasi - Kerajaan Gelgel yang berhasil membendung serangan Mataram Islam.

Intisari-online.com - Pada abad ke-14, Pulau Bali menjadi tempat berdirinya Kerajaan Gelgel.

Kerajaan ini mengklaim dirinya sebagai pewaris sah Kerajaan Majapahit yang hancur pada abad ke-15.

Kerajaan Gelgel berhasil menjaga agama Hindu di Bali dari serbuan-serbuan Kerajaan Mataram Islam yang ingin menguasai wilayah Nusantara.

Sejarah Berdirinya

Menurut Babad Dalem, sebuah naskah sejarah Bali, Kerajaan Gelgel didirikan setelah terjadi pergantian kepemimpinan di Bali.

Pada tahun 1343, Bali ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit setelah dikalahkan oleh Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Gajah Mada.

Majapahit kemudian menunjuk Arya Kutawaringin sebagai penguasa wilayah Gelgel.

Namun, Arya Kutawaringin tidak memiliki keturunan laki-laki, sehingga ia menyerahkan tahta kepada putranya yang bernama Sri Kresna Kepakisan.

Sri Kresna Kepakisan adalah keturunan seorang brahmana dari Kediri yang menikahi putri Arya Kutawaringin.

Ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Gelgel ke Samprangan, Gianyar.

Sri Kresna Kepakisan digantikan oleh putranya yang bernama Dalem Hile.

Namun, Dalem Hile ternyata bukan pemimpin yang cakap.

Baca Juga: Misi Sebarkan Islam yang Kandas, Begini Penyerangan Mataram Islam Menyeberang ke Bali

Ia sering berselisih dengan para menterinya dan tidak menghormati adat istiadat Bali.

Para menteri kemudian meminta adik Dalem Hile, yaitu Ida I Dewa Ketut Angulesir untuk mendirikan pusat pemerintahan baru di Gelgel.

Ida I Dewa Ketut Angulesir mengabulkan permintaan para menteri dan mendirikan Kerajaan Gelgel pada tahun 1383.

Ia bergelar Dalem Ketut Smara Kapakisan dan menjadi raja pertama Kerajaan Gelgel.

Pada awal pemerintahannya, ia sempat menghadap ke Majapahit untuk menyatakan kesetiaannya kepada raja Hayam Wuruk.

Hal ini disebutkan dalam Kitab Negarakertagama, sebuah naskah pujasastra yang menggambarkan kejayaan Majapahit.

Masa Kejayaan

Dalem Ketut Smara Kapakisan digantikan oleh putra mahkotanya yang bergelar Dalem Waturenggong pada tahun 1458.

Dalem Waturenggong adalah raja yang paling terkenal dalam sejarah Kerajaan Gelgel.

Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup seluruh Pulau Bali, Pulau Lombok, Blambangan (Banyuwangi), hingga Pasuruan.

Dalam upayanya memperluas wilayah, Dalem Waturenggong juga harus menghadapi ancaman dari Kerajaan Mataram Islam yang mulai berkembang di Jawa Tengah.

Baca Juga: Sejarawan Sebut Tak Ada Wangsa Sanjaya, Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno Semuanya Wangsa Syailendra

Mataram Islam dipimpin oleh Raden Patah, seorang keturunan Majapahit yang masuk Islam dan mendirikan kerajaannya sendiri pada tahun 1478.

Pada tahun 1515, Mataram Islam menyerang Blambangan dan berhasil merebutnya dari tangan Gelgel.

Namun, Dalem Waturenggong tidak menyerah begitu saja.

Ia membangun aliansi dengan kerajaan-kerajaan Hindu lainnya di Jawa Timur dan Nusa Tenggara untuk melawan Mataram Islam.

Pada tahun 1527, terjadi pertempuran besar antara pasukan aliansi Hindu dengan pasukan Mataram Islam di Bubat, Jawa Timur.

Pertempuran ini dikenal sebagai Perang Bubat atau Perang Paregreg. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan aliansi Hindu dan kekalahan Mataram Islam.

Dengan kemenangan ini, Dalem Waturenggong berhasil mempertahankan agama Hindu di Bali dan wilayah-wilayah bawahannya dari pengaruh Islam.

Ia juga berhasil menjaga hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan Hindu lainnya di Nusantara.

Raja-raja Kerajaan Gelgel

Berikut adalah daftar raja-raja Kerajaan Gelgel beserta masa pemerintahan mereka:

- Dalem Ketut Smara Kapakisan (1383-1458)- Dalem Waturenggong (1458-1550)- Dalem Bekung (1550-1580)- Dalem Sagening (1580-1605)- Dalem Di Made (1605-1651)- Gusti Agung Maruti (1651-1686)

Keruntuhan

Kerajaan Gelgel mengalami kemunduran setelah kematian Dalem Di Made pada tahun 1651.

Baca Juga: Hal Pertama Yang Dilakukan Panembahan Senopati Usai Jadi Raja Mataram Islam: Ingin Kuasai Jawa Timur

Ia digantikan oleh patihnya yang bernama Gusti Agung Maruti. Gusti Agung Maruti adalah seorang pemimpin yang tirani dan korup.

Ia sering menindas rakyatnya dan mengabaikan adat istiadat Bali.

Pada tahun 1686, terjadi pemberontakan besar-besaran melawan Gusti Agung Maruti yang dipimpin oleh Dewa Agung Jambe I.

Dewa Agung Jambe I adalah keturunan Dalem Di Made yang berkedudukan di Klungkung.

Ia didukung oleh para bangsawan dan rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan Gusti Agung Maruti.

Pemberontakan ini berhasil mengalahkan pasukan Gusti Agung Maruti dan merebut ibu kota Gelgel pada tahun 1687.

Gusti Agung Maruti melarikan diri ke Karangasem dan meninggal di sana pada tahun 1690.

Dengan runtuhnya Kerajaan Gelgel, Dewa Agung Jambe I mendirikan Kerajaan Klungkung sebagai kerajaan baru di Bali.

Kerajaan Klungkung kemudian menjadi kerajaan tertinggi di Bali hingga akhirnya ditaklukkan oleh Belanda pada tahun 1908.

Artikel Terkait