Menurut sejarawan Poerbatjaraka, Rakai Sanjaya dan semua keturunannya raja-raja kerajaan Mataram Kuno adalah anggota Wangsa Syailendra.
Intisari-Online.com -Sejak sekolah dasar kita selalu dicekoki soal perbedaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra.
Kedua wangsa atau dinasti di atas merupakan para penguasa di Kerajaan Medan atau Mataram Kuno.
Teori soal keberadaan Wangsa Sanjaya salah satunya dikemukakan oleh sejarawan Belanda bernama Dr. Bosch jugaStutterheim.
Mereka, terutama Stutterheim, menunjuk isi prasasti Mantyasih (Balitung) sebagai dasar teorinya.
Prasasti bertarikh tahun 907 yang ditemukan di daerah Magelang itu berisikan nama-nama raja Mataram sebelum Raja Balitung.
Oleh Stutterheim, prasasti Balitung dianggap berisikan silsilah Wangsa Sanjaya.
Sejarawan Indonesia yang sepakat dengan teori dua wangsa adalah Slamet Muljana.
Tapi belakangan beberapa sejarawan, termasuk sejarawan Indonesia seperti Poerbatjaraka dan Boechari, menyebut Sanjaya sang pendiri Mataram Kuno juga termasuk dalam Wangsa Syailendra.
Boechari menulis:
"Kalau kita bicara tentang adanya satu atau lebih dinasti yang berkuasa di Mataram, yang dimaksud ialah ‘yang berkuasa sebagai maharaja’."
Boechari adalah ahli epigrafi terkemuka Indonesia.
Menurut Boechari, di Jawa pada masa Mataram Kuno terdapat banyak raja kecil sebagai penguasa lokal.
Mereka memiliki silsilahnya sendiri-sendiri.
Karena itu, Boechari berpendapat, isi prasasti Mantyasih bukanlah silsilah Wangsa Sanjaya.
Poerbatjaraka dan Boechari berpendapat, dinasti penguasa Jawa pada masa klasik hanyalah Wangsa Sailendra.
Rakai Sanjaya pun termasuk bagian dari Wangsa Sailendra walaupun ia beragama Hindu.
Beberapa prasasti diajukan oleh ahli-ahli ini sebagai buktinya.
“Sejarah memang perlu dikoreksi,” ucap ahli arkeologi Bambang Budi Utomo dari Pusat Arkeologi Nasional.
“Karena sebenarnya istilah Wangsa Sanjaya itu tidak pernah disebutkan dalam prasasti manapun. Yang disebutkan berkali-kali hanyalah Wangsa Sailendra."
Yang selama ini disuguhkan kepada kita
Seperti disebut di awal, sejak sekolah dasar kita selalu disuguhi perihal dua wangsa atau dinasti yang pernah memimpin Mataram Kuno periode Jawa Tengah.
Dua wangsa itu adalah Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra.
Sementara penguasa Mataram Kuno periode Jawa Timur adalah keturunan Empu Sindok yang mendirikan Wangsa Isyana.
Kita juga disuguhi soal perbedaan-perbedaan dua wangsa tersebut, mulai dari agama yang mereka anut hingga situs-situs yang mereka bangun.
Wangsa Sanjaya, misalnya, diidentikkan dengan para pemimpin Mataram Islam yang memeluk agama Hindu Siwa.
Semantara raja-raja dari Wangsa Syailendra adalah pemeluk Buddha.
Lalu terkait wilayah, Wangsa Sanjaya disebut memegang kekuasaan Mataram Kuno di Jawa Tengah bagian Utara.
Sementara Wangsa Syailendra yang beraliran Buddha memegang kekuasaan Mataram Kuno di wilayah bagian selatan.
Bahkan raja-raja Mataram Kuno juga dibedakan mana yang keturunan Sanjaya, mana yang Syailendra.
Misal raja-raja yang termasuk Sanjaya:
- Rakai Sanjaya, pendiria Mataram Kuno atau Kerajaan Medang (723-746).
-Raja Sri Maharaja atau Rakai Pikatan (847-855)
- Raja Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (855-885)
- Raja Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (894-898)
- Raja Sri Maharaja Watukara Diah Balitung (898-910)
- Raja Sri Maharaja Daksa (913-919)
- Raja Sri Maharaja Rakai Wawa (928-929)
Sementara raja-raja Mataram Kuno yang diidentikkan sebagian dari Wang Syailendra adalah:
- Raja Santanu Raja Dapunta Selendra (-674)
- Raja Shima (674-703)
- Raja Mandiminak (701-710)
- Raja Sanna (710-717)
Itu belum lkalau kita berbicara soal peninggalan-peninggalan Mataram Kuno, juga ada perbedaan antara peninggalan Wangsa Sanjaya dan peninggalan Wangsa Syailendra.
Tapi menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan semua keturunannya adalah anggota keluarga Syailendra, yang awalnya adalah pemeluk agama Hindu-Siwa.
Lalu sejak Rakai Panangkaran berubah menjadi penganut Buddha Mahayana dan berubah lagi menjadi pengikut Siwa pada masa Rakai Pikatan.