Raja Mataram Islam Amangkurat II diam-diam menjauhi VOC yang membantunya memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Keberanian itu salah satunya karena Patih Nerangkusuma.
Intisari-Online.com -Raja Mataram Islam Amangkurat II dikenal sebagai raja yang berhati lemah dan gampang dipengaruhi.
Jadi jangan heran bila adiknya, Pangeran Puger yang kelak bergelar Pakubuwono I, jauh lebih berperan dalam bidang pemerintahan.
Amangkurat II lahir dengan nama Raden Mas Rahmat.
Ketika masih bergelar Pangeran Anom, Raden Mas Rahmat pernah berselisih dengan ayahnya, Amangkurat I, karena persoalan wanita.
Dia juga pernah melakukan pemberontakan tapi berhasil dipadamkan dengan mudah.
Raden Mas Rahmat pun diampuni oleh sang ayah.
Ketika pasukan pemberontak yang dipimpin Trunojoyo berhasil menguasa Keraton Plered, Raden Mas Rahmat mengikuti ayahnya yang kabur di Tegalarum.
Di sana, Amangkurat I meninggal dunia dan digantikan oleh Raden Mas Rahmat yang bergelar Amangkurat II.
Amangkurat II yang tidak punya pasukan, meminta bantuan VOC untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo.
Dia juga memindahkan keraton Mataram Islam dari Plered ke Kartasura.
Meski punya utang besar terhadap VOC, untungnya Amangkurat II punya sosok-sosok penting seperti Patih Nerangkusuma yang memang anti-Belanda.
Pating Nerangkusuma adalah sosok yang gencak mendesak Amangkurat II untuk membatalkan perjanjian dengan VOC.
Dan lambat laun, setelah Mataram Islam kondisinya dirasa sudah cukup aman, Amangkurat II mulai meninggalkan VOC.
Tapi sikap VOC yang mendua itu akhirnya ketahuan juga.
VOC menemukan adanya aktivitas surat-menyurat antara Amangkurat II dengan Kesultanan Cirebon, Johor, Palembang, dan bahkan Inggris.
Surat-surat berisi ajakan memerangi VOC.
Amangkurat II juga kedapatan mendukung pemberontakan Kapiten Jonker tahun 1689.
Sebagai imbasnya, VOC menekan Mataram Islam untuk segera melunasi utang-utangnya selama perang melawan Trunojoy sebesar 2,5 juta gulden.
Amangkurat II juga berusaha memperbaiki hubungannya dengan VOC.
Salah satunya berpura-pura mendukung VOC selama penyergapan Untung Surapati, buronan Batavia.
Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703.
Sepeninggalnya, terjadi perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaitu Amangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran Puger.