Intisari-online.com - Timor Leste, atau yang sebelumnya bernama Timor Timur, adalah bekas wilayah Indonesia.
Wilayah ini memutuskan untuk merdeka pada tahun 1999 melalui referendum yang diadakan oleh PBB.
Keputusan ini menimbulkan dampak dan reaksi yang beragam, baik di dalam maupun di luar negeri.
Salah satu orang yang berjasa dalam menyelesaikan masalah Timor Leste adalah Ali Alatas, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia yang menjabat dari tahun 1988 sampai 1999.
Ali Alatas terkenal sebagai diplomat handal yang berhasil menyelesaikan berbagai konflik dan perundingan internasional.
Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan oleh Ali Alatas dalam mengatasi krisis diplomatik Timor Leste:
1. Menawarkan opsi otonomi khusus untuk Timor Leste.
Pada tanggal 25 Januari 1999, Ali Alatas mengumumkan penawaran dari pemerintah Indonesia untuk memberikan otonomi khusus yang sangat besar kepada Timor Leste.
Opsi ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat Timor Leste untuk menentukan nasib sendiri tanpa harus berpisah dari Indonesia.
Namun, jika opsi ini ditolak oleh rakyat Timor Leste, maka Indonesia akan melepaskan dan mengakui kemerdekaan mereka.
2. Menandatangani kesepakatan New York tentang pelaksanaan referendum di Timor Leste.
Baca Juga: Cukup Sekali Ekspedisi, Sosok Ini Jadi Orang Inggris Pertama Yang Temukan Nusantara
Pada tanggal 5 Mei 1999, Ali Alatas bersama dengan Menteri Luar Negeri Portugal dan Sekretaris Jenderal PBB menandatangani kesepakatan tentang pelaksanaan penentuan pendapat oleh rakyat Timor Leste di markas PBB New York.
Kesepakatan ini mengatur tentang proses dan mekanisme referendum yang akan diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999.
3. Mengupayakan perdamaian dan rekonsiliasi pasca referendum.
Setelah hasil referendum menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat Timor Leste memilih untuk merdeka dari Indonesia, terjadi berbagai kekerasan dan kerusuhan yang dilakukan oleh kelompok pro-integrasi yang tidak menerima hasil tersebut.
Ali Alatas berusaha untuk menghentikan kekerasan tersebut dan mengajak semua pihak untuk menghormati keputusan rakyat Timor Leste.
Ia juga berperan dalam membantu proses transisi dan penyerahan kekuasaan kepada PBB dan pemerintah sementara Timor Leste.
Ali Alatas adalah salah satu contoh dari diplomat profesional yang berdedikasi untuk kepentingan nasional dan internasional.
Ia berhasil mengatasi krisis diplomatik Timor Leste dengan cara yang bijaksana dan terhormat.
Juga mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari berbagai negara dan organisasi dunia atas jasanya tersebut.
Selain menyelamatkan Indonesia dari krisis diplomatik Timor Leste, Ali Alatas juga berkontribusi dalam membangun hubungan yang baik dan harmonis antara kedua negara pasca referendum.
Hubungan Indonesia dan Timor Leste saat ini dapat dikatakan sebagai salah satu contoh hubungan bilateral yang sukses dan saling menguntungkan.
Baca Juga: Melalui Pajang Dan Jaka Tingkir, Mataram Islam Mengaitkan Diri Dengan Kerajaan Demak Bintoro
Berikut adalah beberapa hal yang menunjukkan hubungan yang baik dan harmonis antara Indonesia dan Timor Leste:
Kerjasama dan integrasi di berbagai bidang. Indonesia dan Timor Leste telah menjalin kerjasama dan integrasi di berbagai bidang, seperti perdagangan, investasi, pariwisata, pertanian, peternakan, energi, telekomunikasi, perbankan, pendidikan, dan kebudayaan.
Kedua negara juga telah menyelesaikan perjanjian perbatasan darat dan laut yang adil dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Dukungan Indonesia terhadap keanggotaan Timor Leste di ASEAN. Indonesia adalah salah satu negara yang paling mendukung keanggotaan Timor Leste di ASEAN.
Indonesia berpendapat bahwa Timor Leste adalah bagian dari keluarga Asia Tenggara dan memiliki hak untuk bergabung dengan organisasi regional tersebut.
Indonesia juga berperan aktif dalam membantu Timor Leste memenuhi kriteria dan persyaratan untuk menjadi anggota ASEAN.
Rekonsiliasi dan penghormatan terhadap masa lalu. Indonesia dan Timor Leste telah melakukan rekonsiliasi dan penghormatan terhadap masa lalu yang kelam dan penuh konflik.
Kedua negara telah membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) yang bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta sejarah, memberikan rekomendasi untuk penyelesaian masalah hak asasi manusia, dan mempromosikan perdamaian dan persahabatan antara kedua bangsa.
Kedua negara juga telah saling memaafkan dan menghormati korban-korban dari masa lalu.