Gegara Zina 7 Tahun Jadi Buron, Wanita Di Balik Peristiwa Percobaan Pembunuhan Pengusaha Di Jakarta Akhirnya Tertangkap

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Setelah 7 tahun buron, Lusiana akhirnya ditangkap. Dia adalah otak di balik rencana pembunuhan pengusaha Gerry Tanuwidjaya, suaminya sendiri.
Setelah 7 tahun buron, Lusiana akhirnya ditangkap. Dia adalah otak di balik rencana pembunuhan pengusaha Gerry Tanuwidjaya, suaminya sendiri.

Setelah 7 tahun buron, Lusiana akhirnya ditangkap. Dia adalah otak di balik rencana pembunuhan pengusaha Gerry Tanuwidjaya, suaminya sendiri.

Intisari-Online.com -Pada Maret 2015 lalu, seorang pengusaha bernama Gerry Tanuwidjaya harus menghadapi kejadian yang mengerikan.

Dia hampir saja dihabisi oleh segerombolan pembunuh bayaran yang ternyata diotaki oleh istrinya sendiri.

Untung saja Gerry berhasil menyelamatkan diri, sementara sang istri, Lusiana, kabur entah ke mana.

Setelah tujuh tahun hidup dalam pelarian, Lusiana akhirnya ditangkap di Bali.

Gerry masih 38 tahun ketika itu.

Karena sibuk dengan bisnisnya, dia agak kurang perhatian dengan sang istri, Lusiana.

Celah itulah yang kemudian digunakan Lusiana untuk serong.

Dia kemudian menjalin hubungan dengan seorang anggota TNI bernama Devan Andriawan.

Hingga suatu ketika, Gerry mencium perselingkuhan tersebut setelah mendapat informasi dari rekannya.

Ketika itu Devan sedang diselidiki oleh Danton TNI.

Saat dilakukan pemeriksaan terhadap gawainya, diketahui bahwa Devan punya hubungan spesial dengan Lusiana.

Perzinaan itu pun terbongkar.

"Ternyata di dalam handphone-nya ditemukan banyak sekali foto di mana antara Devan dan istri dari klien saya ini," kata Beni Daga, kuasa hukum Gerry, dalam wawancara dengan Kompas.com.

"Foto, kemudian video hubungan badan, lalu chatting."

Menurut Beni, sebagai seorang pengusaha, jejaring pertemanan kliennya juga pasti banyak.

"Nah, dia dapat info, entah dari siapa, ternyata istrinya punya hubungan dengan Devan," katanya.

Di sisi lain, Lusiana juga sudah mulai tahu bahwa sang suami telah mencium perselingkuhannya.

Dia pun mengatur strategi untuk menghabisi nyawa Gerry.

Lusiana ternyata masih ingin menguasa harta sang suami berupa rumah dan beberapa usaha lainnya.

Dia pun mengatur rencana dengan Devan untuk merencanakan pembunuhan.

Keduanya kemudian mencari pembunuh bayaran sebagai eksekutor.

Meski begitu, mencari pembunuhan bayaran bukan perkara mudah.

Calon pembunuh bayaran yang pertama meminta bujet yang tinggi: 500 juta untuk membunuh Gerry.

"Pembunuh bayaran minta supaya dibayar Rp 500 juta pada saat itu," kata Beni.

"Karena mereka tidak mampu, tidak sanggup Rp 500 juta, pembunuh bayaran meminta supaya dibayar di muka setengahnya, Rp 250 juta."

Tapi Devan dan Lusiana masih juga belum sanggup membayar uang sebanyak itu.

Tak ada cara lain, keduanya kemudian mencari pembunuh bayaran lainnya.

Akhirnya ketemu dengan Berry dan Armindo.

Dalam kondisi yang serba tegang, Lusiana mengajak Gerry untuk makan malam di kawan Ancol, Jakarta Utara.

Setelah makan, Gerry mencuri dengar Lusiana sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon.,

"Kita sudah jalan, ya," begitu kata Lusiana kepada seseorang di ujung telepon.

Dari Ancol, keduanya kemudian menuju PIK lewat jalan tol.

"Dalam perjalanan di tol, tiba-tiba mobil klien saya ini ditabrak dari belakang," cerita Beni.

"Klien saya kaget, klien saya berusaha untuk mengurangi kecepatan. Lalu, mereka menyalip mobil klien saya dan menghalangi bagian depan."

Saat keluar mobil, Gerry dihantam orang tak dikenal (OTK) hingga pelipisnya memar.

"Lalu, klien saya melihat, ternyata pelakunya salah satunya selingkuhan istrinya, si Devan," kata Bebi.

Bagaimanapun juga, Gerry sebelumnya sudah hapal wajah Devan dari foto-foto yang dia terima.

"Yang pukul menggunakan pistol ini Devan," kata Beni.

"Terus, ditembak klien saya, tapi enggak kena, kenanya di pintu. Lalu, klien saya lari menghindar. Begitu lari menghindar, dihantam pakai sangkur, ditikam pakai sangkur. Lalu klien saya kembali menghindar, tapi kena di punggungnya sama di tangan karena ditangkis."

Gerry berusaha melarikan diri dari serangan tersebut.

Saking takutnya, ia melompat dari jalan tol dan terjatuh ke bantaran sungai lalu bergegas ke rumah sakit.

Tak lama kemudian, Gerry memutuskan untuk lapor ke PolsekPenjaringan pada 26 Oktober 2015.

Laporan tersebut teregistrasi dengan nomor LP/943/K/X/2015/SEK PENJ.

Dari laporan ini, polisi melakukan penyelidikan dan penyidikan.

Hasilmnya Berry berhasil ditangkap, tapi Lusiana, Devan, dan Armindo berhasil melarikan diri.

"Sampai selesai, sekarang dia (Berry) sudah bebas. Dia juga sekarang menjadi saksi kami bersama pembunuh bayaran yang sempat ditawari oleh Lusiana," kata Beni.

Hingga tujuh tahun kemudian, Lusiana akhirnya ditangkap di Bali.

Polsek Metro Penjaringan mengumumkan bahwa pihaknya berhasil menangkap sang buronan.

Kapolsek Metro Penjaringan Kompol M Probandono Bobby Danuardi mengatakan bahwa Lusiana ditangkap di Bali.

"Istri dari korban G sempat DPO kasus tersebut. Alhamdulillah berhasil diamankan di Bali, sendiri waktu di sana," kata Bobby saat dikonfirmasi, Jumat (5/5/2023).

Setelah ditangkap, Lusiana langsung ditahan.

Polisi juga langsung melengkapi berkas perkara tersebut.

Bobby berujar, penyidik sudah menyerahkan berkas perkara kasus Lusiana ke Kejaksaan Negeri Jakarta Utara pada Kamis (4/5/2023).

“Berkas sudah dikirim ke Kejaksaan pada 4 Mei. Tinggal tunggu P21 (lengkap),” ujar Bobby.

Sementara itu, penyidik Sat Reskrim Polsek Metro Penjaringan kini masih memburu DPO dalam kasus ini, yakni Devan Andriawan.

“Itu masih DPO (Devan Andriawan). Lusiana DPO sebagai aktor intelektualnya,” ucap Bobby.

Artikel Terkait