Di Yogyakarta, Dr Sulianti Saraso terjun sebagai dokter perjuangan mengirim obat-obatan ke kantung-kantung gerilyawan republik.
Ia juga berperan aktif mencari pengakuan atas kemerdekaan Indonesia di dunia internasional sebagai salah satu delegasi Konferensi Perempuan se-Asia.
Saat pasukan NICA menyerbu dan menduduki Yogyakarta pada Desember 1948.
Dr Sulianti Saraso termasuk ke dalam daftar panjang para pejuang kemerdekaan yang ditahan sehingga harus meringkuk 2 bulan di tahanan Belanda.
Dedikasi untuk Kesehatan Masyarakat
Setelah masa revolusi, Dr Sulianti Saraso bekerja di Kementerian Kesehatan.
Ia meraih beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, terutama Inggris.
Dr Sulianti Saraso kemudian memimpin upaya penggalangan dukungan publik untuk program kesehatan ibu dan anak, yang kemudian dikenal sebagai gerakan keluarga berencana (KB) .
Bagi Dr Sulianti Saraso, hubungan antara kemiskinan, malnutrisi, buruknya kesehatan ibu dan anak, dengan kelahiran yang tak terkontrol adalah fakta yang harus diketahui warga Indonesia.
Ia juga menjadi salah satu pendiri Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).
Dr Sulianti Saraso juga sangat berjasa terhadap dunia pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
Baca Juga: Alasan Hakim Tolak Vonis Mati Irjen Teddy Minahasa, di Balik Peristiwa Hukuman Vonis Seumur Hidup
Ia mendapat gelar sarjana public health administration dari Universitas London.
Tahun 1961-1965 menjadi research associate di School of Medicine, Tulane University, New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat. Di sanalah ia melakukan penelitian soal penyakit lumpuh dan keracunan serangga di Kolombia.
Pada tahun 1962, Dr Sulianti Saraso mendapat gelar master public health and tropical medicine.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR