Arung Palakka menerima tawaran VOC dengan syarat mendapatkan wilayah-wilayah yang direbut dari Gowa.
Pada tahun 1666, ia bersama pasukan VOC dan Bugis berlayar menuju Makassar untuk menyerang Gowa.
Perang Makassar berlangsung selama tiga tahun hingga akhirnya Gowa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1669.
Perjanjian Bongaya memberikan kemerdekaan kepada kerajaan-kerajaan Bugis dan memberikan hak monopoli perdagangan kepada VOC.
Arung Palakka pun dinobatkan sebagai Sultan Bone ke-15 pada tahun 1672.
Ia kemudian memperluas pengaruhnya di Sulawesi Selatan dan Tenggara dengan mengalahkan kerajaan-kerajaan lain yang menentangnya.
Terlepas dari segala kontroversi yang meliputi dirinya, Arung Palakka dikenal sebagai ahli perang yang mumpuni.
Ia mampu membebaskan rakyatnya dari penjajahan Gowa dan membawa Kerajaan Bone ke puncak kejayaan.
Ia juga menjalin hubungan baik dengan VOC untuk menguntungkan dirinya sendiri--itulah kenapa dia disebut sebagai pengkhianat.
Arung Palakka meninggal pada tahun 1696 di Bontoala, Makassar, dan dimakamkan di samping makam ayahnya di kampung Lamatti, Soppeng.
Ia digantikan oleh putranya, La Patau Matanna Tikka, sebagai Sultan Bone ke-16.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR