Intisari-online.com - Raden Ayu Siti Hartinah, atau yang lebih populer dengan sebutan Ibu Tien Soeharto.
Beliau adalah pasangan dari Presiden Indonesia kedua, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto.
Ia terlahir pada tanggal 23 Agustus 1923 di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah.
Merupakan anak kedua dari pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.
Ia juga merupakan canggah Mangkunagara III dari garis ibu.
Ibu Tien Soeharto tidak hanya terkenal sebagai ibu negara yang setia menemani suaminya selama 32 tahun memimpin Indonesia di masa Orde Baru.
Ia juga memiliki peran dan kontribusi yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Juga merupakan salah satu pelopor Laskar Putri Indonesia (LPI), sebuah organisasi perempuan yang terlibat dalam membantu laskar gerilyawan melawan penjajah Belanda dan sekutu.
Ibu Tien bergabung dengan laskar dan membantu perjuangan para gerilyawan memperjuangkan kemerdekaan tahun 1945-1949.
Laskar Putri Indonesia (LPI) adalah kelanjutan dari Barisan Pemuda Putri yang dibentuk oleh tentara Jepang di bawah Fujinkai.
Setelah kemerdekaan, organisasi ini berubah nama menjadi Laskar Putri Indonesia dan bergerak di bidang dapur umum dan palang merah.
Baca Juga: Punya Paras Tampan, Soeharto Ternyata Payah Urusan Asmara, Mati Kutu Di Depan Sosok Ini
Mereka bertugas untuk menyediakan makanan, minuman, obat-obatan, dan perawatan bagi para pejuang yang berjuang di medan perang.
Ibu Tien Soeharto bergabung dengan LPI sejak tahun 1945.
Ia bersama puluhan putri Solo lainnya bergerak di dapur umum dan palang merah yang berlokasi di dekat lapangan terbang Adi Sumarmo.
Mereka bekerja siang malam untuk memasak nasi bungkus, membuat teh hangat, menjahit pakaian, mengobati luka, dan mengurus jenazah para pejuang yang gugur.
Selain itu, Ibu Tien Soeharto juga ikut terlibat dalam aksi penyelundupan senjata dan amunisi dari tentara Jepang ke tangan para pejuang Indonesia.
Ia bersama teman-temannya menggunakan kereta api untuk mengangkut barang-barang tersebut dari Solo ke Yogyakarta.
Mereka menyembunyikan senjata dan amunisi di bawah keranjang-keranjang sayur dan buah yang mereka bawa.
Peran dan kontribusi Ibu Tien Soeharto dalam membantu laskar gerilyawan melawan penjajah menunjukkan bahwa ia adalah seorang perempuan pejuang yang patriotik, berani, dan berdedikasi tinggi.
Ia tidak hanya menjadi pendamping suami yang setia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia.
Atas jasa-jasanya tersebut, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1996.
Selain berperan dalam perjuangan kemerdekaan, Ibu Tien Soeharto juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Baca Juga: Ungkap Keberadaan Tommy Soeharto, Ajudan Ini Beberkan Bagaimana Ibu Tien Meninggal
Ia menjadi ketua umum Dharma Pertiwi, sebuah organisasi sosial yang menaungi istri-istri pejabat negara dan anggota TNI.
Kemudian menjadi ketua umum Yayasan Harapan Kita, sebuah yayasan yang bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan.
Salah satu karya besar Yayasan Harapan Kita adalah mendirikan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita di Jakarta.
Ibu Tien Soeharto juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap kebudayaan dan pariwisata Indonesia.
Ia menjadi penggagas dan pendiri Taman Mini Indonesia Indah (TMII), sebuah taman rekreasi yang menampilkan kekayaan budaya dan alam Indonesia dari berbagai provinsi.
Juga mendukung pembangunan berbagai museum, monumen, dan tugu peringatan di berbagai daerah.
Ibu Tien Soeharto meninggal dunia pada tanggal 28 April 1996 di Jakarta karena penyakit stroke.
Beliau dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, bersama suaminya yang meninggal pada tahun 2008.