Punya Paras Tampan, Soeharto Ternyata Payah Urusan Asmara, Mati Kutu Di Depan Sosok Ini

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Seoharto sempat ragu ketika hendak dijodohkan dengan wanita yang bapaknya bekerja di Mangkunegaraan. Dialah Siti Hartinah alias Ibu Tien.
Seoharto sempat ragu ketika hendak dijodohkan dengan wanita yang bapaknya bekerja di Mangkunegaraan. Dialah Siti Hartinah alias Ibu Tien.

Seoharto sempat ragu ketika hendak dijodohkan dengan wanita yang bapaknya bekerja di Mangkunegaraan. Dialah Siti Hartinah alias Ibu Tien.

Intisari-Online.com -Soeharto disebut payah dalam urusan asmara.

Soal istri saja para orang tua yang harus mengurusnya.

Begini kisah pertemuan Soeharto dengan Siti Hartinah alias Ibu Tien.

Ketika berpangkat Letnan Kolonel, Soeharto ditugaskanmengepalai wilayah Yogyakarta.

Dia bertanggung jawab atas empat batalion tentara.

Kondisi ini membuat Pak Harto kurang memikirkan urusan berkeluarga.

Sebelum masuk tentara, Soeharto sendiri belum pernah berurusan dengan asmara, tak pernah punya hubungan khusus dengan wanita.

Ada beberapa temannya bilang, ia terlalu pendiam dan pemalu.

Sementara sebagian lain menyebut ia terlalu sibuk memikirkan masa depannya dan keluarganya.

Asal tahu, ia juga harus menanggung nasib adik-adik tirinya.

Saat masih tinggal di Yogya, kehidupan ekonomi Pak Harto mulai membaik, seiring kariernya di militer yang kian moncer.

Alhasil, Pak Harto pun punya rumah sendiri, lengkap dengan fasilitas termasuk mobil dinas.

Di rumah ini, Pak Harto tinggal bersama adik tirinya, Probosutedjo, serta beberapa pengawal, ajudan, dan pembantu rumah tangga.

Belum ada istri di sana, sementara usia Pak Harto saat itu sudah 26 tahun.

Tak mau anaknya dibilang bujang lapuk, orangtua angkat Pak Harto berkunjung ke Yogya.

Mereka membawa satu misi: menjodohkan Pak Harto dengan putri seorang wedana yang bekerja di Keraton Mangkunegaran, Solo.

Pak Harto pun manut aja.

Ia percaya, apa yang dipilih orangtua angkatnya adalah yang terbaik.

Meski demikian, ia masih saja ragu, sebab ada darah biru dalam diri perempuan yang mau dijodohkan itu.

Sementara dirinya, orang biasa.

Pak Harto ragu, justru pihak perempuan itu tak mau menerimanya.

Siti Hartinah, nama perempuan itu.

Saat pertama kali bertemu, putri RM Tumenggung Soemoharjomo ini ternyata baru sembuh dari sakit yang cukup parah.

Tapi justru kondisi habis sakit inilah yang disebut membuat Pak Harto langsung kepincut.

Acara lamaran dan pernikahan secepat kilat digelar.

Tanggal 26 Desember 1947, Siti Hartinah resmi jadi nyonya Soeharto, dan resmi mendapat panggilan Ibu Tien Soeharto.

Tiga hari setelah pernikahan, Tien diboyong ke Yogya.

Mereka hidup rukun hingga maut memisahkan, dan memiliki enam orang anak: Tutut, Sigit, Bambang, Titiek, Tommy, serta Mamiek.

Sebelum meninggal mantan Bu Tien sempet buka-bukaan kepada anak tertuanya.

Sambil tertawa-tertawa ia bilang, “Ibu dulu menipu bapakmu Iho! Enggak bilang jika habis sakit, jadinya ia pikir seperti itulah muka dan bentuk tubuh ibu aslinya. Eh, enggak taunya setelah nikah…”

Artikel Terkait