Sosok Ibu Tien Soeharto dan Misteri Pesan Terakhirnya yang Tak Dipedulikan Terbukti 2 Tahun Kemudian, 'Cukuplah Pak Harto Menjadi Presiden'

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Foto Kolase Ibu Tien Soeharto dan Presiden Soeharto.
Foto Kolase Ibu Tien Soeharto dan Presiden Soeharto.

Intisari-online.com - Ibu Tien Soeharto adalah sosok mantan Ibu Negara yang menyimpan banyak misteri.

Ibu Tien Soeharto, pasangan dari Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, menghembuskan napas terakhir pada 28 April 1996.

Namun, sebelum meninggal, ia sempat berpesan sesuatu yang ternyata sangat penting bagi masa depan bangsa ini.

Sayangnya, pesan tersebut tak dipedulikan oleh orang-orang yang seharusnya mendengarkannya.

Pesan terakhir Ibu Tien disampaikan kepada Menteri Negara Urusan Peranan Wanita saat itu, Ny Mien Sugandhi.

Hal ini ditulis Mien Sugandhi dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories", yang diterbitkan pada tahun 2012.

Menurut Mien Sugandhi, pada tahun 1996, dalam sebuah upacara Partai Golkar, ia duduk bersebelahan dengan Ibu Tien.

Tiba-tiba, Ibu Tien berbisik kepadanya dan menyebut nama salah satu petinggi Partai Golkar.

"Tolong sampaikan kepada. (menyebut salah satu petinggi Partai Golkar), agar pak Harto tidak menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua," kata Ibu Tien.

Mien Sugandhi merasa bingung mendengar permintaan Ibu Tien. Ia pun bertanya balik, "Lo, kalau begitu siapa yang layak untuk menggantikan beliau?"

"Biarkan itu diserahkan dan ditentukan oleh pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," jawab Ibu Tien.

Baca Juga: Setelah Menikah Tak Sempat Rasakan Malam Pertama, Begini Kisah Cinta Sosok Presiden RI Kedua

Mien Sugandhi kemudian menyampaikan pesan Ibu Tien kepada petinggi Partai Golkar yang dimaksud.

Namun, ternyata pesan tersebut tidak diindahkan.

Petinggi Partai Golkar itu tetap mengusung Soeharto sebagai calon presiden untuk periode keenam.

Dua tahun setelah wafatnya Ibu Tien, tepatnya pada 28 Maret 1998, Soeharto dilantik menjadi presiden lagi.

Namun, belum genap tiga bulan menjabat, ia harus menghadapi gelombang reformasi yang mengguncang Indonesia.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.

Indonesia pun memasuki era reformasi yang penuh dengan krisis ekonomi, politik, sosial dan keamanan.

Jika saja pesan terakhir Ibu Tien didengarkan dan dijalankan, mungkin sejarah Indonesia akan berbeda.

Mungkin Soeharto akan lebih dihormati sebagai bapak pembangunan dan tidak tercoreng oleh berbagai kasus korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Mungkin Indonesia akan lebih stabil dan sejahtera tanpa harus mengalami keterpurukan dan kekacauan.

Mungkin Indonesia akan lebih demokratis dan berkeadilan tanpa harus menelan banyak korban jiwa dan penderitaan.

Baca Juga: Soeharto Sampai Turun Tangan, Jenderal Hoegeng 'Ditendang' Usai Ngotot Tangani Kasus Melibatkan Pejabat Ini

Namun, semua itu hanyalah kemungkinan yang tak terwujud. Pesan terakhir Ibu Tien telah tak dipedulikan dan terbukti dua tahun kemudian.

Cukuplah Pak Harto menjadi presiden.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.

Indonesia pun memasuki era reformasi yang penuh dengan krisis ekonomi, politik, sosial dan keamanan.

Jika saja pesan terakhir Ibu Tien didengarkan dan dijalankan, mungkin sejarah Indonesia akan berbeda.

Mungkin Soeharto akan lebih dihormati sebagai bapak pembangunan dan tidak tercoreng oleh berbagai kasus korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Mungkin Indonesia akan lebih stabil dan sejahtera tanpa harus mengalami keterpurukan dan kekacauan.

Indonesia mungkin lebih demokratis dan berkeadilan tanpa harus menelan banyak korban jiwa dan penderitaan.

Namun, semua itu hanyalah kemungkinan yang tak terwujud. Pesan terakhir Ibu Tien telah diabaikan dan terbukti dua tahun kemudian.

Lantas siapa sebenarnya Ny Mien Sugandhi yang dititipi pesan oleh Ibu Tien?

Mien Sugandhi memiliki nama lengkap Siti Aminah Sugandhi. Ia lahir pada 28 Juli 1934 di Magelang.

Ia adalah seorang politikus wanita Indonesia yang pernah menjadi anggota DPR dan MPR RI dari tahun 1977 hingga 1993.

Artikel Terkait