Sultan Agung tidak hanya dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan penjajah Belanda.
Ia juga dikenal sebagai budayawan dan filsuf yang meletakkan pondasi Kajawen (budaya Jawa).
Ia menciptakan kalender Jawa yang masih digunakan hingga kini.
Ia juga membangun beberapa candi dan masjid yang megah, seperti Candi Borobudur dan Masjid Agung Demak.
Ia juga mengembangkan seni pertunjukan wayang kulit dan gamelan.
Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 di Karta, Mataram dan dimakamkan di Astana Kasultan Agungan (Makam Imogiri) yang dibangunnya sendiri.
Sultan Agung digantikan oleh putranya yang bernama Amangkurat I.
Namun, pemerintahan Amangkurat I tidak seberhasil ayahnya.
Dia menghadapi berbagai pemberontakan dari rakyat dan para bupati yang tidak puas dengan kebijakannya.
Amangkurat I juga harus berhadapan dengan VOC yang semakin agresif dan licik.
Akhirnya, Mataram mengalami kemunduran dan terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Sultan Agung adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Dia dianggap sebagai pahlawan nasional Indonesia karena jasa-jasanya sebagai pejuang, budayawan, dan filsuf.
Sultan Agung ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Namanya terpatri di beberapa tempat dan institusi seperti nama jalan, nama universitas, dan nama stadion.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR