Kisah ini merupakan gubahan Empu Kanwa, sastrawan zaman Airlangga (1028 – 1035 M), dari episode Mahabarata ke-3, yang disebut Wanaparwa.
Kreasi asli
Uniknya, dalam kesusastraan maupun relief canti di India tidak pernah dijumpai tokoh punakawan.
Dengan demikian, tokoh-tokoh Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng merupakan hasil kreasi para seniman Indonesia sendiri.
Pahatan punakawan di Candi Jago merupakan bukti autentik tentang eksistensi tokoh ini dalam sastra kuno.
Patut dicatat bahwa di candi inilah untuk pertama kali dijumpai adanya tokoh punakawan.
Perkembangan minat masyarat terhadap masalah humor dan urusan ‘tawa-tertawa’ ini berpengaruh pula pada perkembangan tontonan yang menampilkan empat sekawan punakawan ini.
Cerita punakawan kemudian juga ditampilkan tersendiri sebagai cerita utuh.
Selain itu, ada pula perkembangan fungsi dan tamabahan-tambahan misi yang diselipkan dalam penampilan kisah mereka.
Contoh yang jelas dan dekat, adalah acara Ria Jenaka setiap Minggu siang di TVRI.
Di samping menghibur pemirsa lewat lawakan, ‘Bagong-Ateng’, ‘Petruk-Iskak’, ‘Gareng-Slamet Harto’, dan ‘Semar-Sampan Hismanto’, juga menyampaikan pesan-pesan penyuluhan.
(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1990)
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR