Setelah gagal menaklukkan Pasundan, Gajah Mada tiba-tiba menghilang dari politik kerajaan. Sama-sama misterius seperti kemunculannya.
Intisari-Online -Patih Gajah Mada pernah bersumpah, akan menundukkan Nusantara di bawah panji Majapahit.
Tapi nyatanya, Gajah Mada gagal menaklukkan tanah Pasundan.
Dan tiba-tiba Gajah Mada hilang ditelan zaman.
Apa alasan patih terbesar Majapahit itu tiba-tiba meninggalkan dunia politik kerajaan?
Sebelum mengabdi kepada Majapahit, semasa mudanya, Gajah Mada dikenal sebagai pemuda yang tangkas dan pintar serta bercita-cita tinggi.
Ia bahkan mengidamkan kejayaan Singasari yang pernah runtuh bisa bangkit kembali.
Ketangkasan dan kepintaran Gajah Mada rupanya telah menarik perhatian seorang Patih Majapahit.
Ia kemudian diangkat sebagai anak didik dan dijodohkan dengan puteri Sang Patih yang bernama Ni Gusti Ayu Bebed.
Gajah Mada lalu memasuki dunia keprajuritan Majapahit dan terpilih sebagai panglima pasukan khusus pengawal raja, Pasukan Bhayangkara.
Jabatan panglima atau bekel itu berlangsung pada pemerintahan Prabu Jaya Negara (1309-1328).
Dalam kariernya sebagai panglima pasukan khusus pengawal raja, Gajah Mada dan anak buahnya berkali-kali berhasil melumpuhkan upaya untuk mendusta kekuasaan Prabu Jaya Negara.
Tantangan terbesar adalah ketika di Majapahit meletus pemberontakan yang dilancarkan oleh rekan Gajah Mada sendiri, Ra Kuti.
Pembeontakan yang dilancarkan oleh pasukan dalam jumlah besar itu nyaris melumpuhkan Majapahit.
Namun berkat ketangguhan Pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada, pemberontakan Ra Kuti berhasil ditumpas.
Atas jasanya, Gajah Mada pada tahun 1319 kemudian diangkat sebagai Patih di Kahuripan yang merupakan bagian dari wilayah penting Majapahit.
Beberapa tahun setelah sukses menjabat patih di Kahuripan, Gajah Mada lalu diangkat sebagai patih di Kediri.
Prestasi Gajah Mada sebagai patih di Kediri ternyata sangat membanggakan dan namanya semakin masyhur di masyarakat.
Pada tahun 1329, patih Majapahit, Aryo Tadah bermaksud mengundurkan diri dari jabatan dan menunjuk Gajah Mada sebagai penggantinya.
Saat itu Gajah Mada merasa belum siap dan tidak langsung menerima jabatan prestise tersebut.
Tapi atas desakan ratu Majapahit, Tribhuana Tungga Dewi Maharejasa Jayawisnuwardhana yang berkuasa dari tahun 1328-1350, Gajah Mada menerima jabatan itu dan kemudian digelari Maha Patih Amangkubumi.
Saat menjabat sebagai patih Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang sangat terkenal, Sumpah Palapa.
Maknanya, Gajah Mada belum akan menikmati palapa atau rempah-rempah sebelum berhasil menyatukan seluruh Nusantara.
Sumpah itu sendiri berhasil karena pulau-pulau yang menjadi target Gajah Mada seperrti, Pahang, Dompo, Palembang, Bali, dan lainnya berhasil dikuasai serta di persatukan di bawah kekuasaan Majapahit.
Semasa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389), Gajah Mada bahkan berhasil mengembangkan kekuasaannya sampai ke wilayah timur seperti Seram, Makasar, Buton, Sumba, Saparua, Solor, Bima, Ambon, Timor, Dompu, dan lainnya.
Tapi prestasi emas Gajah Mada sempat ternodai oleh Perang Bubat yang melibatkan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran.
Kisahnya, Hayam Wuruk bermaksud menjadikan puteri raja Pajajaran, Dyah Pitaloka, sebagai permaisuri dan Gajah Mada serta pasukannya dikirim untuk melamar.
Ketika rombongan Gajah Mada sampai di daerah Bubat, mereka dicegat pasukan Pajajaran.
Gajah Mada mengira pasukan Pajajaran merupakan pasukan penyambut tapi ternyata bukan.
Secara tiba-tiba pimpinan pasukan Pajajaran mengajukan syarat agar Hayam Wuruk sendiri yang datang menjemput calon permaisuri.
Bagi Gajah Mada, jika Hayam Wuruk sendiri yang datang melamar itu sama saja berarti Majapahit secara politik telah ditaklukan oleh Pajajaran.
Gajah Mada berusaha keras mengadakan negosiasi agar Pajajaran menerima dirinya.
Tapi Patih Ane Paken sebagai pemimpin pasukan Pajajaran tetap bersikeras dan perang pun pecah.
Raja Pajajaran dan puterinya akhirnya tewas dalam perang habis-habisan itu.
Sedangkan Hayam Wuruk yang kemudian tahu kejadian yang sebenarnya menjadi sangat kecewa.
Gajah Mada sendiri kemudian mengundurkan diri dari kekuasaan sebagai patih dan dunia politik Majapahit.
Dia lalu memilih meninggalkan keduniawaian dan berlaku tapa di hutan.
Tahun 1364 Gajah Mada meninggal dan seiring kepergiannya secara perlahan kejayaan Majapahit pun pudar.