Tombak ini konon dibuat dari batu meteor yang jatuh di desa Pleret, Bantul.
Tombak ini memiliki kekuatan gaib yang dapat menembus ilmu kebal lawan.
Sunan Kalijaga juga memberikan mereka nasehat untuk bersikap rendah hati dan tidak sombong.
Dengan membawa tombak Kanjeng Kiai Pleret, mereka berangkat menuju Jipang Panolan untuk menantang Arya Penangsang.
Mereka berhasil menembus pertahanan pasukan Jipang dan sampai di depan istana Arya Penangsang.
Di sana, mereka disambut oleh Arya Penangsang yang menunggang kuda gagak rimang, seekor kuda jantan yang gagah dan kuat.
Arya Penangsang merasa tidak takut dengan tantangan ketiga prajurit itu.
Ia pun segera menghunus keris Setan Kober dan bersiap untuk berperang tanding.
Terjadilah perang tanding di tengah Bengawan antara Arya Jipang di satu pihak melawan Danang Sutawijaya di pihak lain.
Arya Penangsang menunggang Gagak Rimang seekor kuda jantan, sedangkan Sutawijaya menunggang kuda betina yang sudah dipotong ekornya.
Akibatnya kuda jantan milik Arya Penangsang birahi dan hanya mengekor si kuda betina sehingga gerak-geriknya sulit dikendalikan.
Karena Gagak Rimang sudah tidak bisa dikendalikan lagi, maka Arya Penangsang pun terpaksa turun dari kudanya dan melanjutkan perkelahian dengan berjalan kaki.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR