Usia 10 Tahun Sudah Jadi Raja Mataram, Begini Kisah Hamengkubuwo IV Yang Berakhir Tragis

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sri Sultan Hamengkubuwono IV dinobatkan sebagai raja Mataram Kesultanan Yogyakarta pada usia 10 tahuh. Usia 19 tahun dia meninggal, diduga diracun.
Sri Sultan Hamengkubuwono IV dinobatkan sebagai raja Mataram Kesultanan Yogyakarta pada usia 10 tahuh. Usia 19 tahun dia meninggal, diduga diracun.

Sri Sultan Hamengkubuwono IV dinobatkan sebagai raja Mataram Kesultanan Yogyakarta pada usia 10 tahuh. Usia 19 tahun dia meninggal, diduga diracun.

Intisari-Online.com -Kerajaan Mataram Islam, termasuk Kesultanan Yogyakarta, diliputi oleh beberapa kisah tragis.

Salah satunya adalah kisah meninggalnya Sri Sultan Hamengkubuwono IV yang diduga tewas diracun.

Sultan Hamengkubuwono IV adalah raja keempat Kesultanan Yogyakarta.

Dia memerintah pada tahun 1814-1822.

Lahir sebagai Gusti Raden Mas Ibnu Jarto, HB IV merupakan putra ke-18Sultan Hamengkubuwono III yang juga meninggal secara misterius pada tahun 1814.

Dia naik tahta menggantikan ayahnya pada usia sepuluh tahun, dengan didampingi oleh wali raja Paku Alam I.

Sultan Hamengkubuwono IV menghadapi berbagai tantangan selama pemerintahannya.

Dia harus berhadapan dengan kekuasaan Patih Danurejo IV yang semakin merajalela dan tunduk pada Belanda.

Dia juga harus menghadapi sistem sewa tanah untuk swasta yang merugikan rakyat kecil.

Selain itu, ia juga harus menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro, saudara sepupunya, yang menentang penyerahan tanah-tanah keraton kepada Belanda.

Pada tahun 1820, Sultan Hamengkubuwono IV mulai memerintah secara mandiri setelah Paku Alam I meletakkan jabatan sebagai wali raja.

Namun, pemerintahan mandirinya itu hanya berlangsung dua tahun karena ia tiba-tiba meninggal dunia pada tanggal 6 Desember 1823 saat sedang bertamasya.

Kematian Sultan Hamengkubuwono IV yang serba mendadak ini menimbulkan desas-desus bahwa ia tewas diracun ketika sedang bertamasya.

Desas-desus ini didasarkan pada beberapa hal.

Pertama, kematian Sultan Hamengkubuwono IV terjadi secara tiba-tiba tanpa gejala penyakit yang jelas.

Kedua, kematian Sultan Hamengkubuwono IV terjadi di tengah-tengah intrik keraton yang melibatkan beberapa pihak yang berkepentingan.

Ketiga, kematian Sultan Hamengkubuwono IV terjadi di saat Belanda sedang berusaha menguasai wilayah-wilayah keraton di Jawa.

Namun, desas-desus ini tidak pernah terbukti secara ilmiah.

Ia digantikan oleh putra mahkotanya yang baru berusia tiga tahun, Sultan Hamengkubuwono V.

Ia mendapat gelar anumerta Sinuhun Jarot, Seda Besiyar, yang berarti Yang Mulia Jarot, Meninggal dengan Banyak Kesedihan.

Artikel Terkait