Suar.ID -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Ternyata Cuma Korban Pendahulu, Dokumen Yang Buat Rusia Ngamuk Ini Penyebabnya.
Nyawa Presiden UkrainaVolodymyr Zelensky dalam bahaya saat Invasi Rusia ke Ukraina.
Beberapa waktu lalu dilaporkan, sudah ada tiga plot pembunuhan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Namun, upaya itu telah digagalkan, berkat informasi yang diberikan oleh elemen-elemen yang tidak puas dalam dinas keamanan Rusia.
DiberitakanMetro.co.uk, pasukan elit Chechnya dan tentara bayaran yang terkait dengan Grup Wagner telah dikirim ke ibu kota untuk menargetkan pemimpin Ukraina tersebut.
Namun, Zelensky rupanya hanya menjadi korban atas keputusan yang diambil pendahulunya.
DiberitakanRT, seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich, mengatakan, mantan presiden Petro Poroshenko ikut bertanggung jawab atas konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.
Pejabat itu menunjuk pada keputusan Poroshenko untuk menulis aspirasi NATO ke dalam konstitusi negara.
Klausul tersebut, menguraikan jalur Kiev untuk menjadi anggota penuh UE (Uni Eropa) dan aliansi NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS), ditambahkan ke dalam konstitusi Ukraina pada Februari 2019 dan tak lama sebelum pemilihan presiden.
Sementara, mulai 2000, Putin juga menambahkan dalam kebijakan pemerintahannya untuk pemulihan kedaulatan atas wilayah Federasi Rusia.
Langkah itu adalah aksipencitraan murni untuk mantan presiden.
Namun, ternyata memiliki konsekuensi jangka panjang, Arestovich mengatakan kepada media lokal.
“Ketika Poroshenko memperkenalkannya, itu adalahsistem pencitraanpra-pemilihan pribadinya,"
"Dia tahu sebelumnya bahwa NATO tidak akan pernah menerima kita,"
"Tidak sedikit kesalahan atas apa yang terjadi sekarang di Ukraina, terletak pada mereka yang mengadopsi dan mempromosikan ketentuan konstitusional ini,” katanya.
Ia menyiratkan, anggota parlemen Ukraina yang mendukung klausul itu juga disalahkan.
Perubahan konstitusi mendapat dukungan luar biasa saat itu dengan 334 dari 450 anggota parlemen memilihnya.
Di bawah Poroshenko, keinginan untuk bergabung dengan NATO juga dimasukkan ke dalam doktrin militer negara itu pada 2015.
Dokumen itu juga secara resmi menetapkan Rusia sebagai “musuh militer ” Kiev.
Aspirasi NATO Ukraina, sebenarnya sudah ada jauh sebelum reformasi konstitusi Februari 2019.
Negara itu menyesuaikan diri dengan blok pimpinan AS sejak akhir 1990-an.
Ukraina mengirim "unit penjaga perdamaian" ke Irak pada 2002.
Selain itu, Ukraina juga mengadopsi undang-undang yang memungkinkan akses militer pasukan NATO ke wilayahnya pada 2004, dan seterusnya.
Blok itu sendiri secara resmi mengakui aspirasi Ukraina pada 2008.
Saat itu, aliansi tersebut mengumumkan dalam Deklarasi KTT Bucharest,mereka menyambut “aspirasi Euro-Atlantik Ukraina dan Georgia untuk keanggotaan di NATO,”
Para peserta KTT sepakat, pada akhirnya negara-negara ini akan “menjadi anggota NATO”.
Rusia menyerang negara tetangganya menyusul kebuntuan selama tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan-ketentuan perjanjian gencatan senjata Minsk.
Akhirnya, pengakuan Rusia atas republik-republik Donbass di Donetsk dan Lugansk tidak terelakkan.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO.
Kiev mengatakan, serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Ukraina membantah klaim, pihaknya berencana untuk merebut kembali dua republik pemberontak dengan paksa.