Syarifah Ambami disebut mewarisi silsilah Islam yang tanpa cela, berbeda dengan suaminya, loyalis Mataram Islam bernama Cakraningrat I.
Intisari-Online.com - Kitatentu tak asing dengan nama Cakraningrat I (atau dikenal sebagai Cakraningrat).
Cakraningrat adalah loyalis Sultan Agung, penguasa Mataram Islam terbesar.
Loyalitasnya kemudian diganjar oleh Sultan Agung dengan diangkatnya Cakraningrat sebagaipenguasa Madura.
Tapi siapa sangka, jejak Cakraningrat, yang mewakili Mataram Islam, tak lebih menarik dibanding sang istri, Syarifah Ambami.
Begitu kata antropolog George Quinn dalam bukunya Wali Berandal Tanah Jawa (2019).
"Syarifah Ambawi lebih hidup dalam kenangan masyarakat (Madura) daripada suaminya," tulis Quinn.
"Ambami telah menjadi ikon keperempuanan Madura, menyandang gelar Ratu Ibu Madura."
Sebagai buktinya, lanjut Quinn, makamnya di kompleks Makam Aer Mata Ibu tak henti didatangi para peziarah.
"Perempuan Madura, dan perempuan dari Jawa di seberang Selat Madura, berduyun-duyun berziarah ke makamnya di pekuburan keluarga kerajaan Aer Mata," tegas Quinn.
Siapa Syarifah Ambami?
Syarifah Ambami dikenal sebagai istri yang halus budinya, salihah, dan taat kepada suami, Cakraningrat.
Tapi sayang, sepanjang hidupnya lebih banyak dilingkupi kesedihan dan tangisan karena sang suami lebih banyak tinggal di istana Mataram.
Karena kesepian, Ambami lebih banyak melakukan meditasi untuk mencari penghiburan.
Dalam meditasnya itu, dia berdoa kepada Allah SWT supaya keturunannya menjadi penguasa Madura selama tujuh turunan.
Doa itu ternya dia beritahukan kepada sang suami.
Bukannya senang, Cakraningrat marah.
Tak hanya tujuh turunan, dia ingin semua keturunannya menjadi penguasa Madura.
Terdesak oleh ambisi sang suami, Ambami memilih menepi lagi ke tempat keramat yang dikenal dengan Aer Mata di perbukitan dekat Arosbaya di Madura Barat.
Di situlah Ambami mencurahkan segala kesedihannya.
Begini gambaran Quinn tentang kesedihan istri Cakraningrat.
"Di sana ia kembali menepi dengan semangat baru.
"Merasa tersengat oleh kemarahan suaminya, Syarifah tidak sanggup menahan kesedihannya.
"Ketika dia bersemadi, air mata mengalir dari kelopak matanya.
"Akhirnya Syarifah mencapai tingkat kesempurnaan rohani tertinggi dan ia menghilang ke hadirat ilahi.
"Di tempat menghilangnya tertinggalah kolam air mata."
Ada hal menarik lain dari tulisan George Quinn soal kenapa Syarifah Ambami tidak populer dibanding sang suami.
Quinn menulis bahwa Syarifah mewarisi silsilah Islam yang tanpa cela yang dapat dirunut jauh ke tradisi Islam yang lebih luas.
Menurut juru kunci makam Aer Mata, Syarifah adalah generasi kelima keturunan Sunan Giri, sementara sang suami berasal dari keturunan Madura pra-Islam.
Begitulah sekilas kisah tentang Syarifah Ambami, wanita paling terkenal seantero Madura.