Intisari-online.com - Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berkuasa antara abad ke-16 hingga abad ke-18.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Sultan Agung (1613-1645 M), yang berhasil menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura.
Selain itu, kerajaan ini juga pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah didirikannya loji-loji dagang di pantai utara.
Namun, kerajaan ini juga mengalami masa kemunduran akibat pemberontakan, perpecahan, dan campur tangan VOC.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas beberapa kehebatan Mataram Islam yang jarang diketahui orang, dari perang hingga diplomasi dengan Eropa.
Perang melawan VOC
Salah satu kehebatan Mataram Islam adalah mampu melawan VOC, sebuah perusahaan dagang Belanda yang memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang besar.
VOC berkepentingan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara, terutama di Maluku.
Untuk itu, VOC mendirikan loji-loji dagang di berbagai tempat, termasuk di Batavia (sekarang Jakarta).
Sultan Agung melihat hal ini sebagai ancaman bagi kedaulatan Mataram dan kepentingan rakyatnya.
Serangan pertama dipimpin oleh Tumenggung Bahureksodan Pangeran Mandurorejo, yang berhasil mengepung Batavia selama beberapa bulan.
Baca Juga: Panembahan Senopati dan Legenda Batu Gilang yang Mengubah Nasib Mataram
Namun, serangan ini gagal karena kurangnya persediaan makanan dan bantuan dari sekutu Mataram.
Serangan kedua dipimpin oleh Dipati Ukur, yang berhasil menembus pertahanan VOC dan membakar sebagian besar kota.
Namun, serangan ini juga gagal karena adanya bala bantuan dari Belanda dan penyakit malaria yang menyerang pasukan Mataram.
Meskipun tidak berhasil merebut Batavia, serangan-serangan ini menunjukkan keberanian dan kemampuan militer Mataram dalam menghadapi VOC.
Diplomasi dengan Eropa
Selain berperang dengan VOC, Mataram Islam juga melakukan diplomasi dengan negara-negara Eropa lainnya, seperti Inggris, Prancis, dan Portugal.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dalam menghadapi VOC, serta untuk memperluas perdagangan dan hubungan internasional.
Salah satu contoh diplomasi Mataram Islam adalah pengiriman utusan ke Inggris pada tahun 1641 oleh Sultan Agung.
Utusan tersebut bernama Raden Rangsang atau John Caesar. Ia membawa surat dari Sultan Agung yang meminta bantuan
Inggris untuk menyerang Batavia bersama-sama. Ia juga membawa hadiah-hadiah berupa kain sutra, permata, gading, dan rempah-rempah.
Sayangnya, misi diplomasi ini tidak berhasil karena Inggris tidak mau terlibat dalam konflik antara Mataram dan VOC.
Baca Juga: Pindahkan Ibu Kota Mataram Kuno, Benarkah Mpu Sindok Pengkhianat?
Inggris lebih memilih untuk menjaga hubungan baik dengan VOC demi kepentingan dagangnya sendiri.
Namun, misi diplomasi ini tetap menjadi bukti bahwa Mataram Islam memiliki visi global dan berani menjalin hubungan dengan negara-negara Eropa.
Peninggalan budaya
Kehebatan Mataram Islam tidak hanya terlihat dari aspek politik dan militer, tetapi juga dari aspek budaya.
Kerajaan ini meninggalkan banyak peninggalan budaya yang masih bisa kita nikmati hingga sekarang.
Salah satu peninggalan budaya yang paling terkenal adalah Masjid Agung Kotagede, yang merupakan masjid tertua di Yogyakarta.
Masjid ini dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1640 sebagai pusat ibadah dan pendidikan Islam.
Masjid ini memiliki arsitektur yang unik, dengan menggabungkan unsur-unsur Jawa, Islam, dan Hindu-Buddha.
Masjid ini juga memiliki makam-makam para raja Mataram dan keluarganya.
Selain masjid, peninggalan budaya Mataram Islam lainnya adalah keris-keris yang memiliki nilai sejarah dan estetika tinggi.
Baca Juga: Kisah Tragis Rara Oyi, Wanita Cantik yang Jadi Rebutan Raja Mataram dan Putra Mahkota
Keris-keris ini dibuat oleh para empu atau pandai besi yang ahli dalam seni pembuatan senjata. Keris-keris ini memiliki bentuk, ukuran, motif, dan pamor yang beragam.
Beberapa keris yang terkenal adalah Kyai Ageng Plered, Kyai Ageng Serang, Kyai Ageng Kebantenan, dan Kyai Ageng Mataram.
Keris-keris ini menjadi simbol kekuasaan dan martabat para raja Mataram.
Selain itu, peninggalan budaya Mataram Islam juga meliputi sastra dan seni pertunjukan.
Sastra Mataram Islam mencakup berbagai genre, seperti syair, hikayat, babad, serat, dan suluk.
Beberapa karya sastra yang terkenal adalah Syair Siti Zubaidah Perang Cina karya Raja Ali Haji, Hikayat Banjar karya Sultan Muhammad Idham Khalid, Babad Tanah Jawi karya Yasadipura I, Serat Centhini karya Ranggawarsita III, dan Suluk Wujil karya Sunan Kalijaga.
Sastra Mataram Islam mengandung nilai-nilai keagamaan, moral, sejarah, dan budaya.
Seni pertunjukan Mataram Islam juga sangat beragam dan menarik.
Beberapa contoh seni pertunjukan yang berkembang di masa Mataram Islam adalah wayang kulit purwa, wayang gedog, wayang orang, wayang klitik, wayang beber, ludruk, ketoprak, reog Ponorogo, tayub, gamelan, sinden, dan tembang macapat.
Seni pertunjukan ini menjadi sarana hiburan dan pendidikan bagi masyarakat Mataram Islam.
Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa Mataram Islam memiliki banyak kehebatan yang jarang diketahui orang.
Kerajaan ini tidak hanya berperan penting dalam sejarah politik dan militer Nusantara, tetapi juga dalam sejarah budaya dan peradaban.
Kita sebagai generasi penerus harus menghargai dan melestarikan warisan budaya Mataram Islam sebagai bagian dari identitas bangsa kita.