Rombongan gerilyawan bergegas mempercepat perjalanannya, dan akhirnya tak berpapasan dengan kendaraan militer Belanda tersebut.
Untuk mempercepat perjalanan, Tjokropranolo seperti biasa mencari seorang penunjuk jalan dari warga setempat yang paham mengenai wilayah tersebut.
Rombongan Jenderal Soedirman berencana ingin memotong jalan Ponorogo-Trenggalek dengan panduan warga setempat.
Buku "Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia", menceritakan Tjokropranolo diperkenalkan dengan si putih, orang yang akan menunjukan jalan pintas menuju Ponorogo.
Si Putih memiliki perawakan kecil, berkulit putih, berperangai lembut tapi geraknya lincah dan memiliki keberanian melebihi orang lain.
Tanpa banyak pertanyaan si Putih diterima menjadi penunjuk jalan rombongan gerilyawan Jenderal Soedirman.
Selama dua hari dua malam si Putih berjalan menjadi penunjuk jalan gerilyawan, dan sampailah di desa Ngideng, salah satu nama desa di Ponorogo.
Seperti biasa ketika rombongan gerilyawan yang juga di sertai oleh Jenderal Soedirman berhenti untuk istirahat di suatu wilayah maka pasukan akan mandi bersama-sama.
Namun anehnya ketika si penunjuk jalan tersebut diperintahkan oleh Tjokropranolo untuk ikut serta prajurit lain mandi bersama, ia menolak dan memilih mandi ditempat lain.
Penolakan tersebut menimbulkan pertanyaan bagi sang ajudan Jenderal Soedirman.
Ia pun memerintahkan seorang anggota rombongan untuk mengikuti si Putih, karena curiga si penunjuk jalan tersebut menyebarkan keberadaan Jenderal Soedirman kepada tentara Belanda.
Dan ternyata dari hasil pengamatan anggota rombongan tersebut diketahui si Putih adalah seorang wanita yang bertabiat laiknya pria.
Mungkin untuk sekarang si Putih bisa dikatakan seorang wanita tomboy.
Namun atas jasanyalah rombongan Jenderal Soedirman bisa sampai tujuan dengan selamat.
(*)
Penulis | : | Andreas Chris Febrianto Nugroho |
Editor | : | Andreas Chris Febrianto Nugroho |
KOMENTAR