Salah satu insiden besar yang melibatkan kedua negara ini adalah penolakan delegasi Israel dan Taiwan dalam ajang Asian Games 1962 di Jakarta.
Atas desakan negara-negara Arab dan Tiongkok Komunis, pemerintah Indonesia menolak menerbitkan visa untuk delegasi Israel dan Taiwan.
Meski demikian, hubungan militer dan intelijen antara Indonesia dan Israel dibuka lewat jalur tidak resmi pada tahun 1968.
Hal ini dilakukan karena adanya kepentingan bersama dalam menghadapi ancaman komunisme global.
Melalui Iran dan Turki sebagai perantara, pejabat militer Indonesia dan Israel merintis negosiasi transfer alutsista militer dan intelijen kelompok teroris komunis global.
Salah satu contoh kerjasama militer antara Indonesia dan Israel adalah pembelian lebih dari 30 pesawat tempur Douglas A-4 Skyhawk dari Israel pada awal 1980-an meski tidak mengakui atau memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Pesawat-pesawat ini dikirim melalui Singapura dengan cat ulang agar tidak diketahui asal-usulnya.
Selain itu, tentara Indonesia juga sempat berlatih di Israel dalam bidang radar artileri, pengintaian darat, penyusupan khusus, dan operasi rahasia.
Pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, hubungan Indonesia-Israel tetap berlangsung secara diam-diam meski secara resmi tetap menentang keberadaan Israel.
Pada tahun 1993, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin bahkan sempat bertemu dengan Soeharto di Jakarta dalam kunjungan rahasia yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat sebagai mediator.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas kemungkinan normalisasi hubungan antara kedua negara serta isu perdamaian Timur Tengah.
Namun, upaya tersebut gagal karena tekanan dari publik dan organisasi Islam di Indonesia yang mengecam rencana pembukaan hubungan dengan Israel.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR