Intisari-Online.com - Film Eighteen Arhats of Shaolin Temple (2020) tayang malam ini pukul 21.00 WIB di Indosiar.
Film ini dibintangi Xie Miao, Yang Luo Qian, Justin Hu, dan lainnya.
Berlatar tahun ke-33 Kaisar Jiajing dari Dinasti Ming (1554), film ini menceritakan perjalanan para biksu Kung Fu Shaolin menghadapi Bajak Laut Jepang.
Atas perintah Kaisar, 18 biksu Kung Fu Shaolin dipimpin oleh Biksu Wujue berangkat ke selatan membantu mempertahankan pantai kekaisaran melawan invasi Bajak Laut Jepang.
Tak lama setelah kedatangan mereka di garis depan Jiangsu-Zhejiang, para biksu bertemu dengan tim Bajak Laut Jepang dan menyelamatkan warga sipil yang disandera musuh.
Bagaimana aksi seru dan menegangkan para biksy Kung Fu Shaolin dapat Anda saksikan malam ini.
Berbicara soal bajak laut Jepang yang menyerang China, rupanya dalam sejarah ada bajak laut terkenal yang disebut Wako.
Bukan hanya China, mereka juga disebut menyerang sejumlah negara asia lainnya seperti Korea dan Jepang sendiri.
Melansir ancient-origins.net, Wako (juga disebut wokou atau waegu) adalah sekelompok perampok yang mendominasi lautan Asia Timur selama berabad-abad.
Mereka telah dilihat oleh sejarawan dan budaya Barat sebagai sejenis bajak laut Jepang, tetapi ketika para sarjana menggali lebih dalam sejarah orang-orang ini, muncul pertanyaan tentang sifat asli mereka. Apakah mereka hanya berisi orang-orang Jepang saja?
Terlepas dari masalah penamaan dan karakterisasi mereka sebagai bajak laut, tidak ada keraguan bahwa wako berpartisipasi dalam aktivitas seperti bajak laut.
Mereka secara konsisten menyerang garis pantai di Jepang, Korea, dan China.
Mereka beroperasi di Laut Jepang dan Laut Cina Timur.
Jelas pada abad ke-16, bahwa Wako dipandang sebagai bajak laut Jepang, meski disebut bahwa sebenarnya mayoritas mereka adalah orang China.
Menurut teori yang dikembangkan pada 1980-an oleh Shōsuke Murai, mereka adalah campuran dari Jepang, Cina, dan Korea.
Pergeseran tersebut terjadi karena banyak pedagang resmi di China menjadi tidak puas dengan pembatasan dan pajak perdagangan oleh pemerintah Ming.
Sehingga, mereka beralih ke kegiatan ilegal.
Ming Shi, yang merupakan sejarah resmi dinasti Ming di Tiongkok, menyatakan bahwa sebagian besar perompak wako adalah orang Tionghoa.
Faktanya, kurang dari sepertiganya adalah orang Jepang.
Ada juga kelompok pedagang Portugis dan Korea berpengaruh yang beroperasi di daerah tersebut.
Pedagang tersebut sering bekerja dengan bajak laut dan membantu menyelundupkan barang masuk dan keluar China.
Lebih jauh lagi, melihat bajak laut Wako sebagai orang yang pada dasarnya jahat dan mengganggu itu kurang tepat.
Disebut bahwa ada beberapa kasus ketika para perompak wako terlibat dalam perdagangan yang sah dan damai.
Di sisi lain, ada juga bukti bahwa pedagang damai kadang-kadang terlibat dalam tindakan pembajakan .
Ada pula dokumentasi yang mencatat bahwa Wako sejak abad ketiga Masehi.
Disebut sejak lama mereka menyerang daerah-daerah di Jepang secara sporadis dan sering berdagang secara damai. Baru pada abad ke-13 kekerasan mulai muncul.
Para perompak Wako didukung oleh banyak tokoh dan panglima perang yang berpengaruh karena aktivitas mereka bisa begitu menguntungkan.
Selama periode tersebut, pemerintah berusaha untuk menindak kekerasan dan kejahatan terorganisir yang terjadi.
Dalam salah satu peristiwa sejarah yang mengerikan di tahun 1405, disebut beberapa perompak Wako ditangkap, dideportasi ke China, dan kemudian dilempar ke dalam kuali mendidih sebagai hukuman mati.
Para sarjana sering mengkategorikan sejarah bajak laut Wako menjadi dua periode waktu yang berbeda, yaitu sejarah awal dan akhir.
Pada periode awal, perompak Wako sebagian besar adalah orang Jepang dan etnis campuran; namun, di periode selanjutnya, mereka kebanyakan adalah bajak laut non-Jepang.
Bagaimana berakhirnya keberadaan bajak laut terkenal ini?
Baca Juga: Arti Kejatuhan Cicak Menurut Primbon Jawa, Kejatuhan Cicak di Tangan Pertanda Apa?
Disebut bahwa Wako akhirnya dikalahkan oleh pemerintah Jepang pada abad ke-16, berkat seorang pemimpin militer bernama Toyotomi Hideyoshi (1582-98).
Namun juga, disebut bahwa tidak ada akhir yang jelas bagi perompak Wako dan aktivitas mereka; sebaliknya, mereka tampaknya mati perlahan.
Pada akhir abad ke-16, serangan semakin jarang. Akhirnya, catatan para perompak hilang sama sekali.
Bagaimanapun, mereka dikenal sebagai kelompok yang pernah menjadi momok bagi pemerintah Jepang, Korea, dan China.
Mereka menghabiskan waktu berabad-abad untuk mengusir perompak Wako dari perairan mereka.
Baca Juga: Israel Ketar-ketir, Iran Dan Arab Saudi Kok Rujuk, Bagaimana Nasib Negara Timur Tengah Lainnya?
(*)