Kini Seret Sambo dan Anak Pejabat Pajak ke Tahanan, Dulu 'Perkara Wanita' Bisa Picu Perang Besar

Khaerunisa

Editor

Ferdy Sambo - Mario Dandy Satriyo.
Ferdy Sambo - Mario Dandy Satriyo.

Intisari-Online.com - Baru selesai mengikuti perjalanan panjang kasus Ferdy Sambo, kini masyarakat Indonesia seolah tak punya waktu untuk 'beristirahat'.

Muncul kasus lainnya yang juga mendapat perhatian sekaligus membuat geram masyarakat Indonesia.

Kasus kekerasan menjerat seorang anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu, Mario Dandy Satriyo (20).

Mario Dandy diketahui melakukan tindak kekerasan terhadap seorang anak dari salah satu pengurus GP Ansor, D (17).

Akibatknya, korban sempat terbaring koma di rumah sakit, sementara Mario Dandy telah ditahan polisi.

Pelaku dilaporkan menghujani tubuh D dengan pukulan bertubi-tubi, hingga menendang organ vital korban, seperti perut dan kepala.

Mirisnya, lagi-lagi kasus yang tengah mendapat sorotan masyarakat itu terjadi usai pelaku emosi mendengar aduan dari kekasihnya soal perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan korban.

Seperti diketahui, kasus Ferdy Sambo pun dipicu oleh hal serupa, yaitu usai Putri Candrawathi mengklaim bahwa dirinya mendapatkan pelecehan dari Brigadir J.

Seolah tak 'belajar' dari kasus geger Ferdy Sambo, kini kembali terjadi lagi kasus yang melibatkan 'perkara wanita'.

Bahkan, dapat dikatakan keduanya tak 'belajar' dari sejarah masa lalu.

Kini seret Ferdy Sambo dan Mario Dandy anak pejabat pajak ke tahanan, dulu 'perkara wanita' pernah memicu perang besar.

Baca Juga: Ditanya Hubungan Romantis dengan Brigadir J, Putri Candrawathi Terindikasi Berbohong

Sebut saja perang Bubat dan perang Troya, masing-masing terjadi dalam sejarah kerajaan Nusantara dan sejarah Yunani.

Perang yang pertama mungkin tak asing bagi masyarakat Indonesia, ini konon menjadi asal-usul mitos larangan orang Jawa menikahi orang Sunda.

Perang Bubat terjadi pada 1357 antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit.

Perang yang juga dikenal sebagai Perang Pasundan Barat ini berawal karena rencana perkawinan politik antara Raja Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi yang merupakan putri Raja Sunda, Prabu Linggabuana.

Ilustrasi Perang Bubat antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda
Ilustrasi Perang Bubat antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda

Menurut Carita Parahyangan karya Pangeran Wangsakerta, pecahnya Perang Bubat dikarenakan Dyah Pitaloka yang lebih memilih orang Jawa untuk menjadi suaminya ketimbang orang Sunda.

Padahal saat itu beberapa pria Sunda hendak meminangnya.

Akibat Perang Bubat, hubungan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda pun rusak.

Seluruh pasukan dan orangtua Dyah Pitaloka tewas dalam Perang Bubat, sementara sang putri sendiri memutuskan untuk untuk bunuh diri.

Setelah peristiwa itu, Kerajaan Sunda yang dipimpin adik Dyah Pitaloka memutuskan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Kerajaan Majapahit.

Perang lainnya yang dipicu 'perkara wanita' adalah Perang Troya. Perang ini terjadi sekitar abad ke-13 SM, yang melibatkan Pangeran Paris yang merupakan putra Raja Priamos dari Troya dan Menelaus yang merupakan Raja Sparta (Yunani Kuno).

Baca Juga: Lulus di Sekolah yang Sama dengan AHY dan Anak Ferdy Sambo, Anak Pejabat Dirjen Pajak Berprestasi?

Perselisihan mereka bermula ketika Pangeran Paris jatuh hati kepada Helen, istri Raja Menelaus.

Ia pun membawa Helen ke Troya, sementara Raja Menelaus yang mengetahui peristiwa tersebut murka.

Raja Menelaus lalu meminta saudaranya, Raja Agamemnon dari Mikenai, untuk memimpin ekspedisi ke Troya guna menjemput sang istri.

Ilustrasi. Helen dari Troy, Si Cantik yang Memicu Perang Troya
Ilustrasi. Helen dari Troy, Si Cantik yang Memicu Perang Troya

Akhirnya terjadi perang yang kini dikenal sebagai Perang Troya. Perang ini berlangsung selama 10 tahun, dengan kemenangan diperoleh pasukan Yunani.

Dalam sejarahnya, pasukan Yunani berhasil mengalahkan pasukan Troya dengan kisah yang dramatis.

Itulah dua contoh perang besar yang dipicu oleh 'perkara wanita'.

Awal Mula Kasus Kekerasan Mario Dandy

Melansir Kompas.com, tindak kekerasan yang dilakukan Mario Dandy dilakukan saat ia dan kekasihnya yang berinisial A, datang menemui korban.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes (Pol) Ade Ary Syam mengungkap kronologinya.

Menurut Ade Ary Syam, sebelumnya pelaku sempat menghubungi korban melalui sambungan telepon untuk mengonfirmasi aduan A.

Namun, D tidak pernah mengindahkan telepon tersebut, korban menolak panggilannya terus-menerus. Hingga akhirnya atas skenario A, mereka dapat menemui korban.

Baca Juga: Termasuk Jenis Golongan Sumber Sejarah Apakah Prasasti Gajah Mada?

A mengirim pesan mengajak korban, yang merupakan mantan kekasihnya, untuk bertemu dengan alasan mengembalikan kartu pelajaran milik korban.

Korban pun memberitahu lokasinya yang tengah berada di rumah temannya.

Kedatangan pelaku Mario Dandy dan saksi A sempat tak digubris, tetapi setelah pelaku mengirim pesan, akhirnya korban menemui mereka.

Pelaku dan korban terlibat obrolan yang kian panas, perdebatan di antara keduanya tak terhindarkan.

Sampai suatu ketika Mario akhirnya melepaskan pukulan mentah ke arah D.

Atas kejadian tersebut, kini pelaku Mario dijerat pasal 76 c juncto pasal 80 UU Nomor 35/2014 dengan ancaman pidana maksimal lima tahun subsider pasal 351 ayat 2 KUHP yang juga ancaman pidana lima tahun.

Baca Juga: Jadi Bukti Kedudukan Belanda di Kalimantan, Ini Sejarah Benteng Tabanio

Baca Juga: Kalender Jawa Februari 2023: Dilengkapi Kalender Hijriah dan Cara Hitungnya

(*)

Artikel Terkait