Bahkan tidak dipisahkan oleh tirai satu dengan lainnya.
Tanpa megindahkan kesopanan mereka bercinta, di hadapan para penghuni lain, tak ubahnya seperti seekor sapi, kuda.
Pernyaian tidak hanya terjadi di tangsi-tangsi militer di wilayah Jawa saja, di sejumlah wilayah luar Jawa juga demikian keadaannya.
Praktik pernyaian juga dilakukan di dalam tangsi di lini Aceh.
Sekitar delapan perempuan pribumi ditempatkan di setiap kompi.
Peran para nyai tangsi antara lain sebagai pembantu, baik itu mengurus rumahtangga, memasak makanan, mencuci, berbelanja, maupun sebagai teman tidur serta semua peran yang ada.
Seorang Sarina juga melahirkan anak dari laki-laki yang hidup dalam pernyaian bersamanya.
Baca Juga: Serdadu Eropa dan 'Pasukan Kecil' Sarina: Para Perempuan Muda si Gundik yang Cantik dan Genit
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR