Intisari-online.com - Pada tanggal 25 November 1988, saat Junko Furuta pulang dari pekerjaan paruh waktunya dengan sepedanya.
Seorang anak laki-laki secara acak melewatinya dan membuatnya jatuh.
Miyano mendatanginya seolah membantunya.
Namun kemudian dalam waktu singkat dan sebelum Junko Furuta menyadari apa yang terjadi.
Miyano bersama ketiga temannya menculik Junko Furuta.
Mereka membawa Junko Furuta ke sebuah rumah di Adachi, Tokyo yang dimiliki oleh salah satu orang tua penculik.
Anak laki-laki membuat JunkoFuruta menelepon orang tuanya dan mengatakan bahwa dia melarikan diri.
Lalu menyebut dia aman dan akan tinggal bersama beberapa temannya untuk sementara waktu.
Kemudian mulailah siksaan nyata terhadap gadis tak berdosa oleh anak laki-laki.
Tidak ada yang bisa membayangkan rasa sakit yang mereka berikan kepada Junko Furuta, bahkan dalam mimpi buruk yang lebih buruk.
Anak laki-laki tak berperasaan itu menyiksa Junko Furuta selama 44 hari.
Mereka membuatnya tanpa busana sepanjang waktu selama 44 hari ini. Dia diperkosa oleh 100 orang berbeda lebih dari 500 kali.
Anak laki-laki itu mencoba semua cara mengerikan untuk menyiksa Junko Furuta. Mereka memukulinya seperti apa pun.
Gunting, botol, bola lampu panas yang meledak, tusuk sate ayam panggang, jarum panggang, dan setrika dimasukkan ke alat kelaminnya.
Mereka juga membakar berbagai bagian tubuhnya.
Bahkan tidak berpikir dua kali sebelum memotong payudaranya. Gadis itu bahkan dipaksa makan kecoak dan minum air seni.
Anak laki-laki itu melewati batas dalam mencoba menyiksa dan menyerang Junko Furuta. Mereka mengencinginya.
Mereka bahkan menggantungnya di langit-langit dan menjadikannya karung tinju.
Dia disuruh tidur di balkon di musim dingin. Perutnya hancur oleh halter. Rasa sakitnya tidak ada habisnya.
Mereka memukulinya dengan tongkat golf, dan tongkat besi, dan bahkan menyimpannya di lemari es selama berjam-jam.
Mereka membuat sejumlah lubang di tubuhnya dengan jarum.
Anak laki-laki yang kejam bahkan membakar alat kelamin, klitoris, dan kelopak mata dengan korek api. Salah satu putingnya dipelintir dengan tang.
Baca Juga: Sambo Bantah Janjikan Uang Rp 1 Miliar dan Klaim Tak Menembak Brigadir J
Memiliki begitu banyak luka di sekujur tubuhnya, Junko Furuta bahkan tidak bisa berdiri karena kesakitan.
Dia harus merangkak ke bawah untuk menggunakan kamar mandi.
Setelah sekitar dua puluh hari penculikan dan penyiksaannya, entah bagaimana Junko Furuta berhasil menghubungi nomor darurat untuk memanggil polisi.
Namun, dia ditangkap oleh anak laki-laki yang memutuskan panggilan dengan merebut telepon darinya bahkan sebelum Junko Furuta dapat berbicara.
Setelah ini, dia dihukum berat dengan dibakar kakinya.
Mereka menuangkan bahan bakar yang lebih ringan ke kakinya dan membakarnya dengan api.
Setelah itu, dia bahkan tidak bisa berjalan.
Dia tidak bisa bernapas karena gumpalan darah di hidungnya.
Jungko Furuta mengalami pendarahan internal dan karena itu dia bahkan tidak bisa mencerna makanan yang membuatnya muntah.
Tetapi anak laki-laki yang tidak manusiawi itu bahkan memukulinya karena mengotori karpet dengan muntah.
Junko Furuta bahkan berhenti buang air kecil setelah sekitar 30 hari. Gendang telinganya juga rusak.
Tak mampu menahan rasa sakit ini lagi, Junko Furuta akhirnya memohon untuk dibunuh dan menutup semuanya.
Akhirnya, para penyiksa memutilasinya pada hari ke-44 penculikannya.
Anak laki-laki itu bahkan tidak menyayangkan tubuh yang dimutilasi dan dipukul dengan barbel besi.
Mereka masih menuangkan bahan bakar ke wajah, perut, kaki, dan wajahnya dan dibakar dengan api.
Penyiksaan terakhir ini berlangsung sekitar dua jam.
Dan di kemudian hari yakni pada tanggal 4 Januari 1989, Junko akhirnya meninggal dunia.
Bagian paling menyedihkan dari kisah Junko Furuta ini adalah bahwa para pembunuh brutal tidak dijatuhi hukuman mati atau bahkan penjara seumur hidup karena mereka semua berusia di bawah 18 tahun.