Intisari-Online.com-KerajaanSriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7.
KerajaanSriwijaya terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan.
KerajaanSriwijaya mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa, yang berkuasa pada abad ke-9.
Pada masanya, kerajaan maritim ini banyak memberi pengaruh di nusantara.
Letak geografis Sriwijaya merupakan suatu modal yang baik untuk ikut serta dalam perdagangan internasional yang mulai berkembang antara India dan daratan Asia Tenggara.
Sebagai kerajaan maritim yang hidup berdasarkan sektor perdagangan dan pelayaran, penguasa Sriwijaya menguasai jalur-jalur perdagangan dan pelabuhan melalui kebiasaan menimbun barang untuk diperdagangkan.
Soerjono Soekanto dalam'Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar,'mengatakan kebiasaan menimbun barang itu menjadi hukum adat yang disebut “paksaan menimbun barang.”
Sriwijaya menggunakan “paksaan menimbun barang” untuk mewajibkan kapal-kapal singgah di pelabuhannya.
Dengan singgahnya kapal-kapal di pelabuhan Sriwijaya, Raja Kerajaan Sriwijaya dapat memungut bea dari perdagangan yang melaluiwilayah maritim Sriwijaya.
Selain sebagai penguasa, Raja Sriwijaya dan para bangsawan juga melakukan perdagangan sendiri.
Melalui perdagangan dan hukum adat yang berlaku, Raja dapat menguasai wilayah maritim dan menimbun kekayaan.
Baca Juga: Kerajaan Majapahit Dulunya Sudah Menguasai Industri Ini Pada Zamannya
Raja Sriwijaya bahkan mempunyai kapal-kapal sendiri.
Selain itu, kekayaan raja dan para bangsawan juga diperoleh dari rampasan hasil peperangan dan pembajakan laut.
Untuk melanggengkan kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan negeri-negeri adidaya lain di sekitarnya.
Melalui hubungan diplomasi tersebut, kekuasaan Sriwijaya terhadap wilayahnya mendapat pengakuan dari kerajaan lain dan juga mendapatkan dukungan jika ada penyerangan terhadap kerajaan tersebut.
Selain melalui hubungan diplomasi, pengembangan kekuasaan Sriwijaya dilakukan melalui penguasaan terhadap simpul-simpul perdagangan dan arus perdagangan yang ada dengan berbagai cara, seperti pelayaran dan ekspedisi militer.
Pada sekitar tahun 1325 Masehi, peranan Sriwijaya sebagai suatu kerajaan internasional berakhir karena ditaklukkan oleh kerajaan Jawa.
Saat riwayat Kerajaan Sriwijaya yang sempat berjaya selama 7 abad berakhir, pada sekitar tahun 1300 Masehi, munculah Kerajaan Majapahit.
Sebagai kerajaan maritim, angkatan laut yang kuat adalah prasyarat wajib untuk menjamin stabilitas dan kelangsungan suatu kerajaan.
Sriwijaya mempunyai angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan kekuasaan wilayah maritimnya.
Dalam struktur pemerintahan Sriwijaya, Laksamana Angkatan Laut kerajaan sebagai jabatan kemiliteran yang sangat penting berada langsung di bawah raja penguasa tertinggi dan sejajar dengan patih.
Sementara itu, Majapahit sendiri nantinya akan menjadikerajaan yang berpusat di Jawa Timur yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1527 M.
Baca Juga: 8 Candi Bukti Peninggalan Kerajaan Majapahit, Termasuk Pintu ke Kediaman Gajah Mada
KeistimewaanMajapahitadalah pada kemampuannya menyinergikan tradisi pelayaran-perniagaan sungai dan tradisi agraris dengan potensi kemaritiman yang telah dikuasainya.
Kekuatan armada KerajaanMajapahitditegaskan dalan Negarakertagama.
Aktivitas Majapahit yang membuktikan perkembangannya di bidang kemaritiman pada kerajaan tersebut datang dari luar Jawa, Kalimantan, Bali, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia.
Kerajaan MajapahitmenggunakanKapal Jung Jawasecara besar-besaran sebagai kapal angkut militer.
Mengutipnationalgeographic, kapal Jung adalah kapal layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman dahulu.
Jung merupakan kapal laut yang besar, biasanya dipakai untuk berdagang dengan jarak yang jauh ataupun untuk berperang.
Jung Jawa memiliki sepasang kemudi di buritan, sebuah rumah di atas geladak.
Kapasitas Jung berkisar 200-300 ton dan mampu mengarungi Laut Jawa, Laut China hingga Teluk Benggala.
Jung Jawa yang terbesar mencapai hingga 1.000 ton, yaitu Jung yang dipakai orang Jawa untuk menyerang Malaka pada tahun 1513.
Baca Juga: Laut China Selatan 'Diporak-porandakan' Majapahit Gara-gara Bajak Laut Filipina dan Tiongkok
(*)