Intisari-Online.com - Pandemi virus corona sudah hampir berlangsung selama 3 tahun lamanya.
Diketahui kasus virus corona (Covid-19) pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, China.
Setelah itu, pandemi virus corona menyerang seluruh orang di dunia selama kurang lebih 3 tahun.
Per Rabu (21/12/2022), total ada658.643.699 kasus virus corona di seluruh dunia dengan6.674.770 kasus kematian di antaranya.
Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di dunia dengan101.842.492 kasus dan1.113.530 kasus kematian.
Sementara di Indonesia, perSelasa (20/12/2022) pukul 12.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai6.711.703 kasus dengan160.451 kasus kematian.
Hampir 3 tahun, apakah ada tanda-tandaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengakhiri pandemi Covid-19?
Dilansir dari kompas.com yang mengutip Reuters pada Kamis (22/12/2022), ada prediksi terjadinyagelombang dahsyat di China.
Hal itu disampaikan oleh para ilmuwan dan penasihat WHO.
Ada beberapa hal yang mereka perhatikan. Pertama soalpendekatan nol Covid di China yang rupanya tidak efektif.
Kedua, Presiden China Xi Jinping malah membuka kembalipembatasan terkait Covid-19.
Baca Juga: Soal Asal Usul Covid-19, Ilmuwan dari Wuhan Klaim Dia 'Takut dengan Apa yang Dilihatnya'
Menurut ahli, dua hal ini bisa menyebabkan gelombang kedua pandemi di seluruh dunia.
Jadi, mereka menyarankan agar China tidakpengakhiran pasca-pandemi.
Selain itu, para pakar di luar China juga khawatir tentang lonjakan kasus Covid-19 di negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu.
Alasannya karena merekatidak melakukan vaksinasi secara memadai.
Ditambah negara itu diprediksi tidak akan memiliki alat perawatan kesehatan untuk mengobati Covid-19 hingga 2023.
Belum lagi soal vaksin Covid-19.
Menurut Presiden Xi Jinping, China cukup pandai untuk menangani penyakit ini. Selain itu, mereka percaya diri bahwa vaksin Covid-19 dari China lebih unggul daripada vaksin Barat.
Hanya saja bukti yang ada bertentangan dengan klaim Presiden Xi tersebut.
Ada banyak negara yang mencoba membantu China dengan mengirimkan vaksin Covid-19. Bahkan menggunakan cara diplomatis. Namun semua ditolak.
"Bantuanarat tidak hanya akan mempermalukan Xi,"kata Craig Singleton, wakil direktur program China di Yayasan Pembela Demokrasi.
"Tetapi juga akan mematahkan narasinya yang sering dipropagandakan bahwa model pemerintahan China lebih unggul."
Baca Juga: Gawat, Dunia KembaliBerjibaku Lawan Covid-19, Episentrumnya Pindah ke Kota Ini