Menurut penjelasan Andi, solstis terjadi karena sumbu rotasi bumi miring 23,5 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau poros kutub utara dan selatan langit.
Kondisi tersebut juga bukan hanya terjadi di bulan Desember, tetapi juga terjadi pada bulan Juni.
Fenomena soltis terjadi dua kali dalam setahun, yakni saat Juni dan Desember, di mana ada perbedaan di antara kedua waktu tersebut.
Saat Juni, solstis terjadi lantaran kutub utara dan belahan Bumi utara condong ke arah Marahari.
Sebaliknya, saat Desember, belahan Bumi selatan dan kutub selatan condong ke Matahari.
Fenomena soltis menyebabkan Matahari terbit dari arah tenggara dan terbenam di arah barat daya.
Namun demikian, terbitnya Matahari juga kembali disesuaikan dengan lintang geografis masing-masing wilayah.
Menurut penuturan Andi, lintang tinggi terutama di belahan Bumi selatan, Matahari cenderung terbit di arah tenggara agak selatan dan terbenam di arah barat daya agak selatan.
Kemudian, dampak yang akan terjadi yaitu pada lamanya waktu siang dan malam.
Untuk belahan Bumi utara, kata dia, panjang siang akan lebih pendek dibandingkan dengan panjang malamnya.
Baca Juga: Temuan Potongan Jari Manusia dalam Sayur Lodeh di NTT Jadi Teka-teki, Ini Fakta-faktanya
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR