Sampai Disebut Sebagai Zona Merah, Ternyata Peneliti Ungkap Begini Bahayanya Sesar Cimandiri, Penyebab Gempa Cianjur

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Penampakan Sesar Cimandiri dari map tanda hitam tersebut, diperkirakan sebagai patahan.
Penampakan Sesar Cimandiri dari map tanda hitam tersebut, diperkirakan sebagai patahan.

Intisari-online.com - Kementerian PUPR, mengatakan bahwa kawasan Sesar Cimandiri harus menjadi neohunian dan disebut sebagai zona merah.

Ini dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa di sepanjang patahan Cimandiri.

Pasalnya pasca terjadinya gempa Cianjur yang lokasinya di area Sesar Cimandiri, banyak bangunan mengalami kerusakan ringan hingga berat.

Sesar Cimandiri adalah sesar atau patahan aktif yang terletak di bagian barat Provinsi Jawa Barat.

Sesar aktif ini memiliki panjang hingga 100 km.

Posisinya memanjang mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Adapun Sesar Cimandiri ini terbagi menjadi 5 segmen di antaranya.

Segmen 1: antara Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik

Segmen 2: Citarik-Cadasmalang

Segmen 3: Ciceureum-Cirampo

Segmen 4: Cirampo-Pangleseran

Baca Juga: Pantas Pulau Jawa Diguncang Banyak Gempa Bumi, Ternyata Ada Sesar Mematikan yangBernama Sesar Kendeng, Seberapa Bahaya?

Segmen 5: Pangleseran-Gandasoli

Namun, juga ada yang terbagi menjadi 4 segmen untuk Sesar Cimandiri ini di antaranya:

Segmen 1: Pelabuhanratu dan Cibuntu

Segmen 2: Padabeunghar

Segmen 3: Cikundul dan Baros

Segmen 4: Sukaraja

Sementara itu menurut BMKG, Cianjur berada di kawasan seismik aktif.

Ini menjadikan wilayah tersebut rawan mengalami gempa.

Sementara itu, mengutip researchnet mengungkap betapa bahayanya Sesar Cimandiri ini yang telah mengalami sejarah panjang menjadi penyebab gempa bumi.

Lokasi Sesar Cimandiri dan di sekitarnya ditandai dengan titik merah.

Garis hitam solid menunjukkan garis patahan utama.

Baca Juga: Mengenal Sesar Cugenang Penyebab Gempa Cianjur, Seberapa Bahaya?

Dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan pengukuran kampanye GPS secara terus-menerus, regangan itu diperkirakan sepanjang patahan Cimandiri.

Stasiun GPS di sekitarnya yang diambil menunjukkan aktivitas tektonik yang mempengaruhi daerah penelitian, data GPS kampanye itu diambil setelah gempa Jawa 2006.

Data kampanye GPS yang diambil oleh Divisi Riset Geodesi Institut Teknologi Bandung menunjukkan adanya sinyal deformasi post seismik gempa bumi Jawa 2006 yang signifikan.

Menurut Gunawan dkk (2016), post seismik gempa Jawa 2006 juga mempengaruhi stasiun BAKO yang terletak pada jarak sekitar 440 km dari pusat gempa.

Menjadikan wilayah ini rawan gempa dalam waktu bertahun-tahun.

Sesar Cimandiri yang berarah dari Pelabuhan Ratu hingga Padalarang merupakan sesar terpanjang di Jawa Barat dengan beberapa gempa dangkal sebelumnya dalam 20 tahun terakhir.

Artikel Terkait