Intisari-Online.com - Sebelumnya, gempa Cianjur yang terjadi pada 21 November lalu disebut disebabkan oleh Sesar Cimandiri.
Namun terbaru, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, gempa magnitudo 5,6 tersebut, bukan karena Sesar Cimandiri.
BMKG mengungkapkan, setelah diteliti gempa Cianjur rupanya disebabkan patahan yang baru terpetakan yang kemudian diberi nama Patahan Cugenang.
"Ada patahan yang baru teridentifikasi, karena patahan ini melintasi Kecamatan Cugenang maka ditetapkan, sebagai Patahan Cugenang," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dikutip dari Tribun Jabar, Jumat (9/12/2022).
Sementara itu, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Mudrik Rahmawan Daryono menyebut, pernah terjadi beberapa kali gempa di wilayah tersebut, yaitu antara tahun 1830-1900.
"Jadi, itu wilayah yang ternyata aktif menghasilkan gempa bumi dan kemungkinan bahwa gempa bumi yang terjadi kemarin, adalah perulangan dari gempa bumi 180an tahun yang lalu," katanya.
Gempa Cianjur yang terjadi bulan lalu itu telah menyebabkan kerusakan serta korban jiwa.
Selain itu, gempa Cianjur dilaporkan merupakan gempa yang berpusat di darat, sehingga berdasarkan analisis pemodelan yang dilakukan BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Hal itu seperti diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada 21 November 2022 lalu.
Menurut Dwikorita, gempa bumi tersebut dirasakan di Kota Cianjur dengan skala intensitas V-VI MMI, yakni getaran dirasakan oleh semua penduduk dan menyebabkan warga terkejut dan lari keluar dari rumah.
Analisis dampak gempa Cianjur juga dirasakan warga di Garut dan Sukabumi IV-V MMI, yakni getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun.
Baca Juga: Gempa Magnitudo M 6,2 Guncang Jember, Benarkah Ikan Ini Bisa Deteksi Gempa Bumi?
Sedangkan di Cimahi, Lembang, Kota Bandung, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor dan Bayah dengan skala intensitas III MMI, getaran terasa seakan akan truk berlalu.
Dampak gempa Cianjur bahkan dirasakan juga hingga di wilayah Rancaekek, Tangerang Selatan, Jakarta dan Depok dengan skala intensitas II-III MMI.
Lalu, bagaimana Sesar Cugeneng yang dilaporkan sebagai penyebab gempa Cianjur? Seberapa bahayakah?
Untuk sesar atau patahan aktif Cugeneng, Dwikorita pada Jumat (9/12/2022), menjelaskan bahwa patahan ini terbentang sepanjang 9 kilometer yang mengarah ke barat laut tenggara dan melintasi sembilan desa di dua kecamatan.
"Panjang patahan ini sekitar 9 kilometer, dengan radius berbahaya kiri-kanannya 300-500 meter," tutur Dwikorita.
Kesembilan desa yang dilintasi garis patahan Cugenang, yaitu Desa Ciherang, Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan, dan Desa Benjot di Kecamatan Cugenang.
Selain itu ada satu desa lainnya di ujung patahan yakni Desa Nagrak Kecamatan Cianjur.
Kemudian, berdasarkan hasil survei, diungkapkan bahwa zona berbahaya yang direkomendasikan untuk direlokasi mencapai 8,09 kilometer persegi dengan total lebih kurang 1.800 rumah tinggal.
"Kawasan di zona berbahaya tersebut harus dikosongkan dari bangunan tempat tinggal, namun bisa dialihkan menjadi lahan pesawahan, resapan, hingga konservasi," ujarnya.
Dwikorita pun mengimbau agar pemerintah memerhatikan sesar aktif lain. Diharapkan peta sesar yang sudah ada dijadikan acuan untuk tata ruang wilayah.
Baca Juga: Kemarin Salahkan Mesin 'Lie Detector,' Kini Kuat Ma’ruf Laporkan Hakim PN Jaksel ke KY
(*)