Intisari-Online.com -Kepsek SMP Plus Baiturrahman menyebut video viral yang melibatkan siswanya bukanlah aksibullying.
Saefullah Abdul Muthalib menyangkal bahwa video viral yang disebutkan terjadi di sekolahnya merupakan aksi perundungan.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi dalam video yang kemudian menghebohkan jagat dunia maya Indonesia tersebut?
Seperti diketahui, sebuah video viral menunjukkan suasana di sebuah kelas dengan seorang anak menggunakan helm.
Terlihat, siswa yang berada dalam posisi duduk tersebut dikelilingi oleh beberapa siswa lain.
Para siswa lain inilah yang diketahui berperan untuk memasangkan helm pada siswa yang belakangan disebut sebagai korban perundungan.
Tidak lama kemudian, siswa-siswa lain terlihat silih berganti menendang dan memukul korban.
Tidak lama kemudian, usai ditendang dan dipukul pada bagian kepala, korban terlihat jatuh ke lantai.
Namun, bukannya menolong temannya yang terjatuh, salah satu siswa lain malah menindih korban.
Dalam narasi yang dibagikan akun Twitter@Salmandoang, disebutkan bahwa video tersebut merupakan aksi perundungan.
Selain itu, akun tersebut juga menyebutkan bahwa korban dalam video berdurasi 21 detik tersebut merupakan keluarga dari temannya.
Baca Juga: Banyak Terjadi di Kehidupan Sehari-hari, Berikut Ini Salah Satu Bentuk Pelanggaran HAM Ringan
"Bullying di SMP Plus Baiturrahman, Bandung. Kejadian siang ini pada jam sekolah. Korban adalah keluarga kawan saya, dilarikan ke RS setelah pingsan. @disdik_bandung @RESTABES_BDG," tulis pengunggah.
Terkait video viral yang beredar, yang disebutkan terjadi di sekolahnya, Kepala SekolahSMP Plus Baiturrahman,Saefullah Abdul Muthalib, pun memberikan tanggapan.
Saefullah sendiri mengakui bahwa video yang disebut sebagai aksi perundungan tersebut terjadi di sekolahnya pada 17 November 2022.
Peristiwa tersebut, menurut Saefullah, terjadi saat proses belajar-mengajar memasuki jam ketiga pelajaran.
"Kebetulan guru jam ke tiga itu sedang ke luar kelas sebentar," tutur Saefullah, seperti dilansir darijabar.tribunnews.com, Sabtu (19/11/2022).
Namun, mengenai narasibullying yang beredar di dunia maya, Saefullah membantahnya.
Menurut laporan yang diterima dirinya, para siswa tersebut sedang membuatgameberupa tebak-tebakkan.
"Ketika itu anak-anak membuat game," ujar Saefullah.
Pemasangan helm sendiri, menurut Saefullah, dilakukan sebagai pelindung kepala korban.
Sebab, setelah dipasangi helm, korban akan dipukul oleh temannya, untuk kemudian menebak siapa pelakunya.
"Kemudian menebak siapa (yang memukul) itu permainannya," jelas Saefullah.
Hanya, menurut Saefullah, seiring berjalannya permainan tersebut, para siswa tidak lagi hanya menggunakan tangan.
Mereka mulai menendang korban menggunakan kaki bahkan terhitung sebanyak tiga kali.
"Tapi lama kelamaan bukan dengan tangan, tapi dengan kaki salah seorang (siswa) sampai tiga kali pukulan dengan kaki," katanya.
Saefullah pun mengakui bahwa akibat tendangan tersebut, korban kemudian terjatuh dari bangku.
Hanya saja, Saefullah menyangkal bahwa korban pingsan.
"Tidak (pingsan) memang ada yang menginformasikan pingsan, tapi tadi saya tanya katanya tidak pingsan anak itu, setelah ditendang kemudian dia jatuh itu bukan pingsan, pusing mungkin," ucapnya.