Soal Sejarah Kelas X: Siapa yang Membawa Budaya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia?

Khaerunisa

Editor

Ilustrasi. Siapa yang membawa budaya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia.
Ilustrasi. Siapa yang membawa budaya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia.

Intisari-Online.com - Siapa yang membawa budaya Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia? Berikut ini penjelasannya.

Pertanyaan "Siapa yang membawa membawa budaya Hindu-Buddha?" terdapat di halaman 85 buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013.

Pembahasan mengenai masuknya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia dapat ditemukan mulai halaman 82 buku tersebut.

Dijelaskan bahwa terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Hindu-Buddha atau sering disebut Hinduisasi.

Siapa yang membawa budaya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia dapat dijelaskan melalui teori mengenai masuknya Hindu-Buddha tersebut.

Ada empat teori masuknya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia, di antaranya: teori Ksatria, teori Waisya, teori Brahmana, dan teori Arus Balik.

Inilah penjelasan mengenai teori-teori tersebut.

1. Teori Ksatria

Dalam kaitan ini R.C. Majundar berpendapat, bahwa munculnya kerajaan atau pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau para prajurit India.

Para prajurit diduga melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di KepulauanIndonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.

Namun, teori Ksatria yang dikemukakan oleh R.C. Majundar ini kurang disertai dengan bukti-bukti yang mendukung.

Selama ini belum ada ahli yang dapat menemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya ekspansi dari prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia.

Kekuatan teori ini terletak pada semangat petualangan para kaum ksatria.

2. Teori Waisya

Teori ini terkait dengan pendapat N.J. Krom yang mengatakan bahwa kelompok yang berperan dalam dalam penyebaran Hindu-Buddha di Asia Tenggara, termasuk Indonesia adalah kaum pedagang.

Pada mulanya para pedagang India berlayar untuk berdagang.

Pada saat itu jalur perdagangan ditempuh melalui lautan yang menyebabkan mereka tergantung pada musim angin dan kondisi alam.

Bila musim angin tidak memungkinkan maka mereka akan menetap lebih lama untuk menunggu musim baik.

Para pedagang India pun melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi dan melalui perkawinan tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India.

Menurut G. Coedes, yang memotivasi para pedagang India untuk datang ke Asia Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan.

3. Teori Brahmana

Teori ini sesuai dengan pendapat J.C. van Leur bahwa Hinduisasi di Kepulauan Indonesiadisebabkan oleh peranan kaum Brahmana.

Pendapat van Leur didasarkan atas temuan-temuan prasasti yang menggunakan bahasaSansekerta dan huruf Pallawa.

Bahasa dan huruf tersebut hanya dikuasai oleh kaum Brahmana.

Selain itu, adanya kepentingan dari para penguasa untuk mengundang para Brahmana India.Mereka diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan.

Seperti pelaksanaan upacara inisiasi yang dilakukan oleh para kepala suku agar mereka menjadi golongan ksatria.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Paul Wheatly bahwa para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka.

4. Teori Arus Balik

Teori ini lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalamproses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokohnya yang pergi ke India.

Di India mereka belajar hal ihwal agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah kembali mereka mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya.

Pandangan ini dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch yang menyatakan bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu, mereka itu terdiri atas kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama Buddha.

Itulah empat teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Kepulauan Indonesia.

Masa Hindu-Buddha sendiri berlangsung kurang lebih selama 12 abad dengan pembabakannya terbagi menjadi tiga, yaitu periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan.

Masa ketika pengaruh-pengaruh budaya Hindu-Buddha masuk ke Kepulauan Indonesia itu juga disebut sebagai Masa Klasik.

Pada tahap tersebut banyak kemajuan yang dicapai dalam pemikiran dan hasil-hasil budaya baik dalam bentuk benda, maupun budaya tak benda.

Tanda-tanda tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia berupa prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah Sungai Cisedane, dekat Kota Bogor saat ini. Juga di Jawa Barat dekat Kota Jakarta.

Selain itu, kita juga dapat melihat peninggalan kebudayaan Hindia itu di sepanjang pantai Kalimantan Timur, yaitu di daerah Muarakaman, Kutai.

Masa Hindu-Buddha berakhir ditandai dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara.

Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Hindu-Buddha yang terakhir di Nusantara yang berdiri antara abad ke-13 hingga abad ke-16.

Baca Juga: Soal Sejarah Kelas X: Mengapa Selat Malaka Mempunyai Peranan Penting pada Masa Kerajaan Sriwijaya?

(*)

Artikel Terkait