Atas laporan tersebut, Kantor kepresidenan segera menanggapi dengan melabelinya sebagai laporan palsu.
Skandal Tuduhan terhadap Gerakan MeToo di Korsel
Sebelumnya pada Januari 2022, stasiun televisi Korsel MBC merilis percakapan telepon sebanyak 52 bagian antara Kim dengan seorang jurnalis portal media liberal di YouTube.
Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa dalam percakapan itu Kim mengatakan skandal gerakan MeToo terjadi di tengah-tengah politikus liberal (Partai Demokrat Korsel) yang tidak membayar kompensasi kepada para korban.
Kim juga disebut membandingkan partai liberal dengan partai konservatif, People Power Party (PPP), yang merupakan partai Yoon Suk-yeol.
“Politikus konservatif memastikan mereka membayar. Mereka tidak menggunakan orang secara gratis. Itulah mengapa, Anda tidak banyak melihat kasus MeToo di sini [di partai konservatif]. MeToo terjadi ketika Anda tidak membayar kewajiban Anda,” ucap Kim dalam percakapan telepon itu.
Usai tersebarnya percakapan tersebut, Kim akhirnya mengirimkan permintaan maaf secara tertulis atas “ucapan tak pantas” yang ia tuturkan ketika mengkritik tokoh publik, menurut MBC.
Tuduhan Plagiarisme
Ibu negara Korea Selatan tersebut juga sempat menghadapi tuduhan plagiarisme dalam gelar Ph.D. disertasi dan makalah lain yang diterbitkan.
Melansir StraitTimes (8/9/2022), tuduhan itu datang dari sekelompok 16 profesor dari 14 asosiasi akademik, yang disebut Kelompok Verifikasi Nasional Pan-akademik untuk Verifikasi Kecurigaan Plagiarisme Ibu Negara Kim Keon-hee.
Baca Juga: Gundik Firaun yang Mengaku Tuhan Ini Lebih dari 200 Perempuan, Berapa Banyak Anaknya?
Mereka mengungkapkan temuan mereka memverifikasi kesalahan akademik Kim di Pusat Pers di ibukota Seoul pada hari Selasa, mengklaim bahwa semua karya akademik Kim "tidak dapat disangkal terjerat dengan plagiarisme," dan bahwa mereka melanggar standar akademik dasar.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR