Intisari-Online.com – Mitos dan legenda tentang kisah Raja sepanjang sejarah menjadi propaganda untuk meningkatkan citra mereka.
Terkadang cerita tersebut dibumbui atau diubah untuk menggambarkan seorang raja dan ratu menjadi citra tertentu.
Adalah Philippa dari Hainault, merupakan putri Pangeran Eropa yang kuat dan terkait dengan berbagai keluarga kerajaan di seluruh benuah.
Sebagai seorang remaja muda, dia menikah dengan Raja Inggris yang sama mudanya, yaitu Edward III, untuk menyegel aliansi politik yang dibuat antara ayahnya dan ibu Edward beberapa tahun sebelumnya.
Meskipun pernikahan itu tidak didasarkan pada awal yang romantis, namun pasangan itu dengan cepat tumbuh ikatan yang kuat, dan pernikahan mereka menjadi salah satu pernikahan yang paling sukses dalam sejarah kerajaan Inggris.
Philippa dipandang sebagai model Ratu Abad Pertengahan oleh rakyatnya, yang mengaguminya karena tidak berpolitik, karena mendukung gereja dan pendidikan, dan dengan murah hati memberi penghargaan kepada para pelayannya dan menjadi ibu yang subur serta istri yang setia.
Kisah paling terkenal dalam hidup Philippa terjadi selama Perang Seratus Tahun.
Edward mengepung pelabuhan Calais Prancis selama hampir satu tahun ketika warga, yang kelaparan dan sekarat, akhirnya menyerah.
Meskipun pengepungan pada masa Abad Pertengahan sering memakan waktu berbulan-bulan, namun pengepungan Calais sangat lama dan merepotkan bagi Raja Edward.
Dan rakyat Calais tahu bahwa dia berhak menuntut semua yang mereka miliki, termasuk nyawa mereka.
Warga biasa meninggalkan semua barang-barang mereka di rumah mereka untuk diambil tentara Inggris, tetapi enam orang paling terkemuka di kota itu, yang dikenal sebagai Burghers, keluar dari kota dengan tali di leher mereka.
Mereka mengharapkan Edward mengklaim haknya untuk menghukum mereka karena penghinaan mereka atas hidup mereka.
Prajurit Edward sedih melihat pemandangan tragis dari orang-orang kurus kering yang menawarkan diri untuk mati.
Mereka memohon kepada Edward untuk menunjukkan belas kasihan, tetapi dia bertekad memberi mereka pelajaran.
Permohonan terakhir dari para ksatria Edward diabaikan, suara lain pun terdengar, dari istrinya, Ratu Philippa.
Ratu Philippa, yang sedang hamil besar, berlutut di hadapan Raja, dia menangis hingga orang-orang tidak tahan melihatnya.
Dia memohon kepada Edward untuk menyelamatkan nyawa orang-orang itu, yang telah mengikutinya melintasi lautan dalam perangnya, menempatkan diri mereka dalam bahaya, tetapi belum pernah meminta imbalan apa pun dari Raja.
Edward, tentu saja, hatinya luluh melihat Ratu yang sedang hamil besar, dalam keadaan seperti itu.
Dia akhirnya memberikan Philippa hak atas para pria itu untuk melakukan apa yang diinginkannya, dan sang Ratu segera memerintahkan untuk mencarikan pakaian bagi mereka.
Kisah yang dramatis dan menyentuh hati itu muncul berabad-abad kemudian.
Tetapi apakah peristiwa itu terjadi dengan sesungguhnya, hanya para penulis sejarah yang mengetahui akan catatan peristiwa itu dengan benar.
Penulis lain mengatakan bahwa Edward menunjukkan belas kasihan atas kemauannya sendiri.
Philippa dari Hainault adalah Ratu Abad Pertengahan yang sangat sukses.
Dia tahu persis bagaiman aharus bersikap, dan rakyatnya mencintainya karenanya, memujinya, dan sangat berduka atas kematiannya.
Baca Juga: Pangeran Philip Bukan Raja, Mengapa Camilla Dinobatkan Sebagai Ratu pada Penobatan Raja Charles III?
Baca Juga: Bahasa Tubuh Pangeran William dan Kate Middleton, Bandingkan dengan Raja Charles III dan Camilla!
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari