Bunuh dan Mutilasi 17 Korban, Jeffrey Dahmer Justru Tidak Cocok Disebut Psikopat, Pakar Ungkap Kondisi Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Jeffrey Dahmer
Jeffrey Dahmer

Intisari-online.com - Serial Netflix baru, Monster: The Jeffrey Dahmer Story yang berkisah tentang Jeffrey Dahmer yang merupakan seorang pembunuh berantai dan pelaku seks.

Ia melakukan pembunuhan dan pemotongan17pria dan anak laki-laki antara tahun 1978 dan 1991.

Dia juga memiliki nama alias dan dikenal sebagai Milwaukee Cannibal atau Monster Milwaukee.

Saat ditangkap, dia ditemukan dengan berbagai pelaratan mutilasi, di apartemennya, menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang sangat keji.

Meski telah lakukan 17 pembunuhan, dan melakukan perilaku seksual dengan mayat korbannya, Jeffrey Dahmer, tidak cocok disebut psikopat.

Menurut profesor James Fallon yang berusia 74 tahun.

Jeffrey Dahmer tidak cocok dengan psikopat karena mereka kurang empati, sementara menurutnya Dahmer adalah orang yang lebih berempati.

Psikopat juga dikatakan memiliki karakteristik lain seperti kecenderungan manipulatif, kurangnya rasa bersalah, dan kurangnya rasa hormat terhadap norma dan hukum sosial.

Profesor Fallon malah mengatakan Jeffrey Dahmer menderita gangguan kepribadian ambang (BPD).

"Jeffrey Dahmer bukan psikopat. Semua fiturnya mengarah ke BP," katanya.

"Tidak pernah dikonfirmasi bahwa dia adalah seorang psikopat, tetapi demi kesederhanaan, semua orang berasumsi bahwa psikopat adalah orang jahat," tambahnya.

"Dia menunjukkan empati emosional kepada orang-orang, yang tidak dimiliki banyak psikopat," kata Profesor Fallon.

Gejala umum lain dari BPD adalah rasa takut ditinggalkan.

Dr. Fallon percaya bahwa Jeffrey Dahmer membunuh korbannya, "Adalah umum bagi orang-orang dengan BPD untuk memiliki ketakutan gila akan pengabaian."

"Jeffrey Dahmer tampaknya terus-menerus takut akan hal ini, ketika orang-orang yang ditemuinya mencoba meninggalkannya, dia membunuh mereka sehingga mereka tidak dapat melakukannya," jelasnya.

Menurut Profesor Fallon, ini juga memotivasi kanibalisme Jefrrey Dahmer.

"Banyak orang merasakan ini dengan bayi atau anak anjing, bahwa saya sangat menyukai kelucuan sehingga saya ingin memakannya, ini sebenarnya persepsi impulsif dari cara berpikir yang normal," jelasnya.

"Dahmer mengambil ini secara ekstrem karena dia membutuhkan perasaan bahwa orang itu akan selalu bersamanya dan tidak pernah meninggalkannya," katanya.

Orang dengan BPD juga cenderung terlibat dalam perilaku berisiko, baik seksual maupun sebaliknya, yang membuat Profesor Fallon menyimpulkan bahwa Jeffrey Dahmer mungkin menderita BPD ekstrem.

Menurutnya, perilaku merusak diri sendiri merupakan indikasi dari hal ini, seperti menempatkan dirinya dalam situasi berisiko di mana dia bisa mendapat masalah atau tertangkap.

Namun, dia juga menekankan bahwa karena kita tidak memiliki akses ke pemindaian otak atau tes genetik Jeffrey Dahmer, kita tidak akan pernah tahu apakah dia menderita BPD atau psikopat.

Baca Juga: Bongkar Kekejian Jeffrey Dahmer, Inilah Korban Terakhir Pembunuh Berantai Paling Sadis Itu, Bagaimana Nasibnya?

Artikel Terkait