Intisari-Online.com - Sebagian standar kecantikan dan kejantanan ini tampak berbeda dengan yang berlaku saat ini.
Tren kecantikan dan kejantanan memang berubah dari waktu ke waktu.
Beberapa standar kecantikan dan kejantanan dari zaman kuno ini dapat dianggap aneh saat ini.
Namun pada masanya, standar kecantikan dan kejantanan ini pernah membuat orang 'tergila-gila'.
Bahkan jika harus merasakan kesakitan atau ketidaknyamanan, orang-orang zaman dulu rela menahannya.
Inilah beberapa standar kecantikan dan kejantanan berkelas zaman kuno yang pernah membuat orang 'tergila-gila'.
1. Kecantikan gigi hitam
Jika saat ini orang-orang berlomba-lomba untuk memiliki gigi putih, maka berbeda dengan orang zaman kuno di Jepang.
Pada sekitar 900 M, gigi hitam justru begitu disukai dan diidamkan para wanita di Jepang.
Saat itu tren kecantikan gigi hitam berkembang di sana, di mana para wanita sepakat bahwa gigi hitam adalah salah satu penampilan tercantik.
Bahkan jika gigi tidak menghitam secara alami, maka mereka akan rela menghitamkannya.
Ini tentu berbeda dari saat ini, di mana orang justru akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan gigi putih.
Wanita zaman dulu akan membuat campuran air panas, sake, besi panas dalam panci yang didiamkan selama 5 hari.
Dari campuran itu nantinya sebuah ampas hitam akan naik ke permukaan dan itulah yang digunakan untuk menggosok gigi mereka.
Tren kecantikan yang awalnya hanya digunakan oleh para wanita ini pun sempat berkembang hingga para pria ikut melakukannya.
Kebiasaan itu berlangsung hampir 1000 tahun sampai pada 1870 hal itu dilarang.
2. Luka wajah
Kulit mulus mungkin jadi idaman saat ini, namun pada zaman kuno justru adanya luka wajah yang akan menjadi kebanggaan.
Pada abad ke-19 di Jerman, tidak ada yang lebih mengesankan seorang pria dengan luka di wajahnya.
Jika seorang pria memiliki luka di wajahnya, maka ia akan mendapatkan sanjungan karena dianggap jantan.
Bahkan saking 'tergila-gila' dengan hal ini, para pria zaman itu secara aktif pergi keluar untuk mencari peluang ia mendapatkan luka "kejantanan". Tapi, melukai diri sendiri tidak masuk hitungan. Biasanya anak sekolah secara teratur saling menantang berduel.
Meski menggunakan topeng, misalnya saat duel dengan perlengkapan anggar, mereka tetap dengan sengaja membiarkan sebagian wajahnya terluka.
Setelah mendapatkan luka, seorang pria bisa saja menggoreskan lukanya lagi untuk memastikan lukanya paling besar.
3. Alis menyatu seperti ulat bulu
Standar kecantikan dari bagian wajah yang satu ini tentu kerap kita saksikan perubahannya.
Alis dianggap sebagai bagian penting yang biasanya paling diperhatikan saat seseorang merias wajah.
Rupanya, orang zaman kuno sempat menganggap bahwa memiliki alis menyatu penuh seperti ulat bulu sebagai standar wanita cantik.
Di zaman Yunani Kuno, jika seorang wanita ingin terlihat cantik dan karismatik, maka ia perlu menambahkan alis palsu di tengahnya.
Wanita Yunani kuno menggunakan semacam bedak hitam untuk menciptakan efek alis mata tambahan, menyatu di tengah.
Kemudian, untuk mendapatkan efek alis cantik lebat seperti ulat bulu, beberapa wanita menggosok jelaga hitam atau dengan memanfaatkan bulu kambing dan getah pohon.
Seorang wanita dianggap sangat beruntung jika terlahir dengan alis mata yang menyatu seperti ulat bulu itu.
4. Sepatu hak tinggi dan rendah
Meski membuat tidak nyaman, sepatu hak tinggi dan rendah pernah membuat orang zaman kuno 'tergila-gila;.
Sepatu hak tinggi mungkin masih dianggap sebagai standar kecantikan saat ini.
Tapi bagaimana jika perpaduan antara hak tinggi dan rendah yang membuat pemakainya berjalan seperti orang pincang?
Di Denmark pada masa lalu, sempat muncul tren wanita berjalan di jalan dengan sepatu yang tidak serasi, ukurannya berbeda, sambil membawa tongkat. Penampilan itu sebenarnya membuat para wanita kesulitan berjalan.
Namun, saat itu trendsetter kecantikan wanita Denmark ada di Ratu Alexandra, istri dari Raja Edward VII.
Seperti apapun penampilan Ratu Alexandra, orang-orang di seluruh negeri akan menirunya.
Bahkan, hingga dia terjangkit demam rematik dan membuatnya berjalan pincang, para wanita saat itu juga menirunya.
Pada awalnya, para wanita Denmark saat itu hanya memeriksa lemari mereka sendiri dan menemukan dua sepatu dengan ukuran berbeda, kemudian menggunakannya untuk berpenampilan serupa dengan sang ratu.
Kemudian, segera toko-toko mempopulerkannya. Mereka pun mulai menjual sepatu "Alexandra Limp" dengan satu tumit tinggi dan satu tumit pendek.
5. Kemeja 7 lapis
Mengenakan kemeja 7 lapis pernah menjadi tren mode untuk anak laki-laki, tepatnya pada era Revolusi Kebudayaan Mao Zedong.
Mereka percaya bahwa semakin banyak kemeja yang dipakai, semakin mencerminkan kecerdasan.
Beberapa anggota geng memulai tren mode terbesar ini dengan menggunakan kemeja 7 lapis pada anak laki-laki.
Menurut penulis Jung Chang, tren mode untuk anak laki-laki dalam Revolusi Kebudayaan adalah mengenakan beberapa kaus dalam, membuka semua kerah mereka ke atas, dan kemudian mengenakan jaket di atasnya.
Pemegang rekor tampaknya adalah seorang anak laki-laki yang mengenakan tujuh kemeja sekaligus.
Untuk gaya ekstra, ia memasangkan ini dengan sepatu kets yang tidak memiliki tali.
Itulah beberapa standar kecantikan dan kejantanan yang pernah membuat orang-orang 'tergila-gila'.
Baca Juga: Ada yang Taruh Piring di Bibir, Begini Sederet Tradisi Kecantikan Ekstrem Suku-suku di Dunia
(*)