Intisari-Online.com - Begini sederet tradisi kecantikan yang tampak ekstrem dari berbagai suku di dunia.
Merawat kecantikan umum dilakukan orang-orang di dunia, khususnya para wanita.
Ritual kecantikan yang dilakukan orang kebanyakan mungkin sekedar menggunakan krim anti-aging atau anti-penuaan, krim pencerah, krim malam, dan sebagainya.
Mungkin kini ada pula yang lebih ekstrem seperti sulam alis hingga tanam benang.
Namun, tahukah Anda bahwa ada sejumlah suku di dunia yang memiliki tradisi kecantikan yang tak biasa?
Tradisi itu seperti menruncingkan gigi hingga menaruh piring di bibir.
Terkadang, selain dianggap menambah cantik, ada pula makna lainnya dari berbagai tradisi tersebut.
Misalnya tradisi suku-suku ini juga dianggap sebagai simbol harga diri seorang wanita.
Di sisi lain, ada pula suku yang memiliki tradisi ektrem justru untuk menolak kecantikan.
Mereka dengan sengaja mengaburkan kecantikannya dengan berbagai cara
Apa saja tradisi kecantiken ekstrem yang ada di dunia?
Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Tradisi Gigi Runcing Suku Mentawai, Indonesia
Tradisi meruncingkan gigi dimiliki Suku Mentawai, Sumatera Barat, Indonesia.
Tradisi meruncingkan gigi dengan cara mengeriknya dilakukan secara turun temurun oleh para wanita Suku Menatawai.
Wanita Suku Mentawai harus menahan rasa sakit yang cukup lama.
Gigi mereka akan dikerik dan diruncingkan dengan peruncing yang terbuat dari besi atau kayu.
Suku Mentawai mempercayai bahwa wanita yang memiliki gigi runcing seperti hiu memiliki nilai lebih ketimbang yang tidak bergigi runcing.
Tradisi turun temurun ini merupakan cara wanita Mentawai agar tampil cantik dan sebagai tanda kedewasaan.
2. Tradisi Memanjangkan Leher Suku Karen, Thailand
Suku Karen yang tinggal di bagian utara Thailand juga punya tradisi kecantikan unik yang cukup ekstrem.
Tradisi itu adalah tradisi memanjangkan leher dengan menggunakan cincin besar di leher mereka.
Semakin panjang leher perempuan, semakin cantik pula mereka di mata laki-laki.
Itulah yang menjadi keyakinan perempuan suku Karen.
Tumpukan cincin besar di leher perempuan jadi pemandangan yang tak asing di kawasan Baan Tong Luang yang berada di Chiang Rai, tempat tinggal suku ini.
Bahkan, sejak kecil, para perempuan sudah diberi cincin kuningan agar lehernya bisa panjang sempurna.
Ekstremnya, semakin usia perempuan suku Karen bertambah, cincin di lehernya pun juga akan ditambah.
Mereka juga pantang melepas tumpukan cincin ini saat sedang beraktivitas sekalipun.
Cincin leher itu hanya akan dilepas saat mereka menikah, melahirkan, atau meninggal.
Selain itu, boleh dilepas saat dibersihkan, tetapi tidak boleh terlalu sering dan harus segera dipakai kembali.
Tradisi unik ini begitu mencuri perhatian dunia. Saat ini, bagi perempuan suku Karen Thailand, pilihan memakai cincin ditujukan tak hanya untuk meneruskan tradisi semata.
Tetapi, juga berdasarkan kebutuhan untuk bisa menghasilkan uang dari para turis yang terhibur.
3. Tradisi Taruh Piring di Bibir Suku Mursi, Ethiopia
Ada lagi tradisi kecantikan ekstrem dari belahan bumi lainnya, yaitu dari Ethiopia Afrika.
Tradisi itu adalah tradiri menaruh piring di bibir.
Ya, piring dan bibir bukanlah sesuatu yang lazim dipasangkan. Tetapi memadukan keduanya menjadi tradisi turun-temurun Suku Mursi, yang tinggal di sekitar Danau Turkana dan Lembah Omo di Selatan Ethiopia.
Tradisi ini hanya berlaku bagi perempuan, karena mereka percaya bahwa standar kecantikan sangat ditentukan oleh besarnya bibir.
Biasanya, sebelum memulai pemasangan piring, para perempuan Suku Mursi akan menanggalkan dua sampai empat gigi mereka.
Bibir bawah juga akan dipotong, sampai benar-benar pas dengan ukuran piring.
Para perempuan Suku Mursi biasanya melakukan tradisi "bibir piring" sejak usia remaja, dengan dibantu ibunya masing-masing
Piring yang dipakai biasanya terbuat dari tanah liat atau kayu, yang berukuran antara 4 hingga 25 cm.
Tradisi memasang piring di bibir ini hanya berlaku bagi perempuan.
Suku ini percaya bahwa standar kecantikan sangat ditentukan oleh besarnya bibir.
Tetapi tak hanya soal kecantikan. Lebih dari itu, yang berlaku di suku ini yaitu semakin besar "bibir piring" perempuan Mursi, semakin banyak pula mas kawin saat menikah kelak.
Piring kecil biasanya menerima 40 ekor sapi, sementara piring besar bisa menerima sampai 60 ekor sapi untuk mas kawin.
Semakin besar mas kawin, semakin tinggi pula harga diri mereka. Karena itulah tradisi yang ekstrem lagi menyakitkan ini terus dipertahankan.
4. Tradisi Sumbat Hidung Suku Apatani, India
Jika ketiga tradisi kecantikan di atas dilakukan untuk menambah cantik, maka berbeda dengan tradisi soal kecantikan yang dimiliki Suku Apatani.
Tradisi Suku Apatani ini justru dilakukan untuk menolak kecantikan.
Suku Apatani tinggal di Dataran Tinggi Apatani, Arunachal Pradesh, India.
Perempuan Suku Apatani sering disebut yang tercantik dari berbagai suku yang tersebar di 'Negara Anak Benua' tersebut.
Kecantikannya dianggap khas, dan bisa dibilang hampir sempurna.
Meski begitu, tradisi suku ini sempat tak mengizinkannya, di mana para perempuan Apatani seolah dilarang cantik, mereka menolak tampil sempurna.
Menggunakan tato wajah berwarna hitam yang menjulur dari ujung dahi hingga dagu, suku ini sengaja mengaburkan kecantikan mereka.
Bahkan yang paling ekstrem, mereka juga memakai penyumbat hidung khusus yang membuat kecantikannya berubah jadi keanehan. Penyumbat hidung ini disebut Tippei.
Penyumbat itu berukuran lebih besar dari hidung, tapi pas menyumbat lubangnya.
Tippei terbuat dari gumpalan tinta hitam yang dicampur lemak babi dan butiran arang yang halus. Ini dipakai para perempuan setiap harinya.
Meski Tippei menyumbat hidung mereka, perempuan Suku Apatani ternyata masih bisa bernafas, karena bahan Tippei memungkinkan untuk itu.
Pada 1970, Pemerintah India resmi melarang tradisi unik ini.
Tradisi ini pun hampir punah, dengan beberapa perempuan berusia sepuh masih mempertahankannya.
Itulah beberapa tradisi kecantikan ekstrem yang ada di dunia.
(*)