Intisari-online.com - Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea, ketika Amerika Serikat dan sekutunya menanggapi serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini.
Termasuk rudal dan pesawat tempur yang terbang di atas negara tetangga Jepang tanpa peringatan.
Korea Utara telah menembakkan delapan rudal dalam dua minggu terakhir, jumlah yang produktif, bahkan dalam satu tahun yang merupakan jumlah peluncuran tertinggi sejak pemimpin Kim Jong-Un mengambil alih kekuasaan pada 2011.
Akselerasi agresif dalam pengujian senjata telah memicu alarm di kawasan itu, dengan AS, Korea Selatan dan Jepang menanggapi dengan peluncuran rudal dan latihan militer bersama minggu ini.
AS juga telah memindahkan kapal induk ke perairan dekat semenanjung, sebuah langkah yang disebut otoritas Korea Selatan.
Para pemimpin internasional sekarang mengamati tanda-tanda eskalasi lebih lanjut seperti uji coba nuklir potensial, yang akan menjadi yang pertama bagi negara pertapa itu dalam hampir lima tahun.
Sebuah langkah yang bisa menghadirkan potensi krisis kebijakan luar negeri baru kepada Presiden AS Joe Biden.
Para ahli mengatakan ada beberapa alasan mengapa Korea Utara mempercepat pengujiannya begitu cepat sekarang.
Pertama, ini bisa menjadi waktu yang tepat setelah peristiwa beberapa tahun terakhir.
Dengan Kim Jong-Un mengumumkan kemenangan melawan Covid pada Agustus, dan pemerintahan baru AS yang berfokus pada pertunjukan persatuan dengan Korea Selatan.
"Mereka tidak dapat menguji selama beberapa tahun karena pertimbangan politik, jadi saya berharap para insinyur dan jenderal Korea Utara sangat ingin memastikan mainan mereka bekerja dengan baik," kata Andrei Lankov, seorang profesor di Universitas Kookmin Korea Selatan.
Jeffrey Lewis, seorang ahli senjata dan profesor di Institut Studi Internasional Middlebury, mengatakan itu juga normal bagi Korea Utara untuk menghentikan pengujian selama musim panas yang penuh badai dan melanjutkan setelah cuaca membaik di musim gugur.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR