Intisari-online.com - Pasukan Bela Diri Jepang gagal mencegat rudal pada hari Selasa ketika Korea Utara menembakkan rudal ke negara itu.
Tetapi Tokyo membiarkan pintu terbuka untuk bertindak jika mendeteksi rudal yang bisa mendarat di Jepang atau Amerika Serikat.
Pada pagi hari tanggal 6 Oktober, Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek. Roket itu jatuh ke laut setelah terbang ke arah Jepang.
Itu adalah peluncuran rudal keenam Korea Utara dalam 12 hari terakhir dan setelah rudal balistik jarak menengah terbang di atas Jepang pada 4 Oktober.
Pada 6 Oktober, Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio mengatakan "tidak dapat diterima" bahwa Korea Utara telah meluncurkan enam roket sejak akhir September.
Menurut Japan Times, Fumio telah memberi wewenang kepada menteri pertahanan untuk memerintahkan Pasukan Bela Diri (SDF) untuk mencegat rudal balistik yang diluncurkan dari Korea Utara dalam keadaan tertentu.
Kapal perang Jepang yang dilengkapi dengan sistem tempur Aegis, rudal pertahanan udara Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) dan sistem pertahanan rudal lainnya dalam siaga tinggi.
Sistem ini dapat mencegat rudal balistik yang diluncurkan dari Korea Utara.
Menurut sumber pemerintah Jepang, jika Korea Utara meluncurkan rudal, satelit militer AS akan mengirimkan peringatan ke Kementerian Pertahanan, melalui pusat komando pasukan AS di Jepang dan melalui pusat komando militer AS di Jepang.
Radar pertahanan udara dan kapal perang Jepang yang dilengkapi dengan sistem Aegis akan melacak dan menghitung jalur penerbangan rudal.
Ketika Korea Utara meluncurkan rudal pada 4 Oktober, stasiun radar Jepang di pangkalan militer di Kyoto, Ishikawa, Niigata, Akita dan Aomori mendeteksi dan menentukan lintasan rudal, dikombinasikan dengan pemantauan yang dekat dengan kapal perang.
Komando Pertahanan Udara Jepang menilai rudal itu tidak mungkin jatuh di wilayah Jepang, sehingga tidak menghentikannya.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR