Intisari-online.com - Sebuah penyelidikan dilakukan Komnas HAM untuk mencari tau asal mula penyebab Tragedi Kanjuruhan terjadi.
Setelah melakukan pengecekan, sebuah fakta terungkap bahwa kerusuhan bukan disebabkan karena suporter yang masuk lapangan.
Dilaporkan, ada dua suporter turun dari tribune bawah papan skor usai pertandingan pekan ke-11, antara Arema vs Persebaya.
Aksi ini kemudian diikuti oleh suporter lain di dalam tribun yang berbeda, dari awal hanya dua orang menjadi ratusan.
Aksi ini menjadi alasan aparat bertindak dengan melepaskan gas air mata untuk meningkatkan tahapan penanganan.
Dari awal hanya mengamankan beberapa suporter masuk, kemudian menembakkan gas air mata.
Namun, menurut Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan bahwa situasi tidak langsung rusuh saat suporter masuk ke dalam lapangan.
"Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan timbul karena suporter masuk ke lapangan, sampai sore (5/10) ini, kami mendapat info kalau tidak begitu kejadiannya," katanya.
Choirul Anam melakukan pengecekan pada suporter Arema yang turun ke lapangan dan pemain Arema FC.
Dari penelusuran itu ia mendapati bahwa tidak ada niat sama sekali dari suporter untuk berbuat rusuh.
Suporter hanya turun untuk memberikan semangat pada pemain yang baru saja menelan kekalahan.
Hal ini dibuktikan oleh para pemain yang tidak mendapatkan luka atau perlakuan tidak mengenakkan dari para suporter.
"Jadi ada constraint (batasan) 15-20 menit pasca wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan," katanya.
"Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain mengaku tidak ada kekerasan kepada mereka,"lanjutnya.
"Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangan kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami," lanjutnya.
Choirul Anam berharap penemuan awal ini bisa jadi gambaran bagi korban dan masyarakat yang penasaran dengan hal itu.
Ia justru menanyakan sikap aparat yang langsung menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
"Pertanyaannya kalau ad 15-20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik? Harus kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan itu," jelasnya.
"Jadi penting meluruskan, jangan sampai ada lagi yang bilang itu gara-gara suporter masuk ke lapangan dan mengancam pemain," tandasnya.