Dalam tragedi di Accra Sports' Stadium, Ghana, hal itu justru membuat kepanikan dengan para penonton berhamburan dan berdesak-desakkan.
Kerusuhan itu pun menimbulkan ratusan korban jiwa. Dilaporkan ada 126 orang tewas akibat kejadian ini.
Sebelum terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, tragedi di Ghana ini merupakan tragedi paling mematikan ke-2 dalam sejarah sepak bola.
Kini, tragedi di Stasion Kanjuruhan pun tercatat lebih para dibanding tragedi ini.
Ada kemiripan lain dari tragedi Accra Sports' Stadium Ghana dan tragedi stasion Kanjuruhan Malang.
Tragedi Accra Sports' Stadium Ghana juga saat itu digelar laga derbi lokal antara Hearts of Oak dan Asante Kotoko.
Tuan rumah adalah Hearts of Oak, dengan lawannya klub Accra lainnya, Asante Kotoko.
Jelang laga berakhir, Asante Kotoko masih memimpin 1-0 sebelum kemudian Hearts of Oak mencetak dua gol yang membalikkan keadaan.
Tak terima, suporter Asante Kotoko mulai mengambil kursi stadion dan melemparkannya ke lapangan ketika laga tersisa lima menit.
Sementara polisi yang berjaga merespons dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan penonton.
3. Hillsborough, Inggris (15 April 1989)
Tragedi ini terjadi pada laga semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest di Stadion Hillsborough.
Tragedi yang memakan korban lebih dari 90 nyawa ini bermula ketika erjadi penumpukan penggemar Liverpool setelah polisi setempat memutuskan membuka dua akses gerbang menuju tribune teras.
Namun, pihak kepolisian luput memantau jumlah penonton yang masuk ke dalam tribune tersebut hingga akhirnya terjadi overkapasitas.
Kondisi saat itu diperparah dengan adanya pagar pembatas antara tribune dan lapangan sehingga suporter yang berada paling depan terjepit dan tidak bisa menyelamatkan diri.
Korban tewas dalam tragedi ini terdiri dari pria, wanita, hinga anak-anak.
Jumlah itu bertambah menjadi 97 usai dua korban terakhir, Tony Bland dan Andrew Devine, meninggal dunia pada 1993 dan 2021.
Itulah tragedi paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR