Intisari-Online.com – Siapa pun yang bermain-main di pantai bahkan laut, pasti memiliki ketakutan bila kemungkinan serangan hiu keluar dari air dan menyerang mereka.
Kenyataannya, pada tahun 2019, 140 serangan hiu tercatat di seluruh dunia, dengan jumlah terendah 36 serangan hiu pada tahun 2018.
Ini berarti Anda memiliki kemungkinan 10 hingga 55 kali lebih besar untuk terluka dan terbunuh oleh sambaran petir daripada hiu.
Tetapi, karena angka itu, bukan berarti kita harus mempermainkan binatang buat itu.
Meski kebanyakan jinak, hiu biasanya menyerang ketika terprovokasi, seperti yang terlihat dalam statistik dengan 64 dari 140 serangna hiu pada tahun 2019 merupakan hasil dari provokasi oleh manusia.
Meski begitu, ada kalanya hiu menyerang meski tidak diprovokasi, seperti terlihat dalam kisah USS Indianapolis dan 1197 awaknya.
Berikut ini serangan hiu paling mematikan sepanjang sejarah.
Teater Pasifik
Serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, membuat Amerika Serikat memasuki perang melawan Fasisme.
Selama keterlibatan mereka dalam Perang Dunia II, Amerika Serikat memulai kampanye untuk mendapatkan kembali kendali atas tanah di Pasifik yang diambil alih oleh Jepang.
Pertempuran ini dikenal sebagai Pertempuran di Teater Pasifik, yang sangat brutal bagi kedua belah pihak, dengan ribuan orang kehilangan nyawa dari kedua negara itu.
Menurut Departemen Angkatan Darat Amerika Serikat, antara pertempuran laut, darat, dan udara, sekitar 161.000 orang Amerika kehilangan nyawa mereka.
Aspek perang yang paling brutal di Pasifik, kemungkinan adalah perang laut.
Ketika Jepang mulai kalah pertempuran demi pertempuran melawan Angkatan Laut Amerika, mereka menggunakan taktik putus asa untuk menang melawan angkatan laut AS yang superior.
Taktik ini termasuk penggunaan Kamikaze, dan penggunan kapal selam.
Tempat malang untuk tenggelam
USS Indianapolis menjadi korban dari salah satu serangan kapal selam tersebut.
Pada malam tanggal 30 Juli 1944, kapal penjelajah kelas Portland ditabrak dua kali oleh dua toropedo Jepang dari kapal selam penjelajah tipe I-58 B3.
Kapal itu sangat berat karena banyak perubahan yang dilakukan pada persenjataannya selama perang, sehingga kapal itu tenggelam dengan sangat cepat.
Dalam waktu 12 menit, seluruh kapal terguling dan tenggelam, membawa 300 dari 1.197 awak bersamanya.
Mereka yang berhasil melarikan diri melakukannya dengan melompat dari kapal saat tenggelam atau menggunakan salah satu dari sedikit sekoci yang tersedia.
Banyak yang lolos merasa lega karena berhasil keluar dari kapal yang tenggelam tepat pada waktunya agar tidak terseret di kedalaman laut bersamanya.
Namun, mereka belum selamat.
Mereka harus menunggu untuk diselamatkan, masalahnya, Angkatan Laut AS tidak tahu bahwa mereka tenggelam!
Melansir History of Yesterday, para pelaut yang terdampar menghabiskan 3 hari di laut tanpa komando Angkatan Laut pusat mengetahui bahwa mereka telah tenggelam.
Selama periode itu, banyak dari 900 yang akhirnya menyerah pada kondisi tersebut.
Sengatan matahari dan dehidrasi merenggut banyak korban saat mereka tenggelam di utara Indonesia dan timur Filipina, wilayah yang sangat dekat dengan garis khatulistiwa.
Tidak hanya sengatan matahari dan dehidrasi yang merenggut nyawa banyak orang, karena ada bahaya lain yang mengintai para pelaut itu.
Mereka kebetulan tenggelam di daerah yang penuh dengan hiu.
Hari demi hari berlalu, semakin banyak pelaut yang ‘tertembak’ oleh ketiga malapetaka itu.
Banyak yang begitu lemah oleh sengatan matahari sehingga mereka tenggelam dengan rompi pelampung, yang lain delusi dan mulai minum air asin, tak lama kemudian mereka mati.
Kisah paling mengerikan adalah kematian orang-orang ini karena hiu.
Meskipun tidak secara alami tertarik pada manusia sebagai mangsa, namun hiu di sekitar ratusan pelaut yang terdampar mulai memangsa korban mereka yang tak berdaya.
Sejak kapal tenggelam, diperkirakan 10 hingga 150 pelaut tewas akibat serangan hiu.
Tidak ada satu peristiwa pun dalam sejarah yang memiliki banyak kematian yang disebabkan langsung oleh hiu, menjadikan ini serangan hiu paling mematikan dalam sejarah.
Penerbangan patroli yang beruntung
Keberuntungan berpihak pada para pelaut tanggal 2 Agustus karena mereka terlihat oleh PV-1 Ventura dan PBY-2 yang sedang melakukan patroli terjadwal.
Salah satu pesawat menjatuhkan rakit serta radio dan melaporkan para pelaut yang terdampar ke komando mereka.
Setelah berita itu diterima, semua sumber daya penyelamatan dikerahkan untuk menyelamatkan mereka yang masih hidup.
Sebuah pesawat amfibi pada mulanya dikirim, berhasil menyelamatkan lebih dari 50 pelaut yang terdampar.
Pada malam tanggal 2 Agustus, 7 kapal dikirim, termasuk kapal perusak USS Cecil J. Doyle.
Kapal-kapal ini berhaisl menyelamatkan semua pelaut yang tersisa.
Saat berada di kapal ini, banyak yang menerima pertolongan pertama untuk mengobati luka mereka, terutama karena sengatan matahari, serta makanan dan air, karena para pelaut yang terdampar tidak memiliki akses ke keduanya saat mereka terdampar di laut lepas.
Dari hampir 900 orang yang selamat dari tenggelamnya USS Indianapolis, hanya 316 yang berhasil diselamatkan.
Banyak orang menyebut kegagalan untuk menyelamatkan para pelaut sebagai kesalahan angkatan laut terbesar yang dilakukan oleh komando Angkatan laut AS dalam Perang Dunia II.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari