Intisari-Online.com - Ratu Elizabeth II meninggal dunia dalam usia 96 tahun pada Kamis (8/9/2022) waktu setempat.
Pengumuman Ratu Elizabeth meninggal disampaikan Istana Buckingham, sebagaimana diwartakan live updateBBC.
Sesaat sebelum sang kepala Kerajaan Inggris meninggal, semua anak Ratu Elizabeth II berkumpul di Kastil Balmoral, Skotlandia, tempat sang ratu diawasi oleh para dokter pada Kamis (8/9/2022).
Dengan Ratu Elizabeth II meninggal, maka Pangeran Charles (73) akan menjadi penerus takhta Kerajaan Inggris.
Namun, peristiwa ini menjadi semacam kegamangan tersendiri bagi warga Kanada.
“Kanada adalah monarki pengecualian di tengah-tengah benua yang cenderung berbentuk republik,” kata March Chevrier, dosen politik di University of Quebec di Montreal sebagaimana diwartakan Kompas.com.
Raja Inggris adalah kepala negara Kanada, tetapi perannya sebagian besar bersifat seremonial, bahkan lebih seremonial ketimbang di Inggris.
Di Kanada, pihak kerajaan diwakili seorang gubernur jenderal, yang dipilih oleh perdana menteri.
Perdana Menteri Justin Trudeau memuji pemerintahan Elizabeth.
Dia mencatat bahwa Elizabeth telah menjadi “ratu selama hampir setengah usia Kanada” dan mengumumkan masa berkabung selama sepuluh hari.
Seluruh bendera di Kanada dikibarkan setengah tiang di seantero negeri dan upacara peringatan nasional rencananya digelar di ibu kota Ottawa pada hari yang sama dengan pemakamannya di London.
Namun ketika menyangkut kemegahan, negara itu menjadi semakin ambivalen terhadap kerajaan.
“Bahkan di Kanada, sebuah negara berbahasa Inggris, dukungan bagi kerajaan semakin berkurang dari tahun ke tahun,” kata Philippe Lagasse, dosen Carleton University di Ottawa dan pakar tentang peran kerajaan di Kanada.
Menurut sebuah jajak pendapat April lalu, mayoritas kecil warga Kanada –naik menjadi 71 persen di Provinsi Quebec yang berbahasa Perancis– bahkan ingin melepaskan kerajaan, yang sebagian besar perannya kini bersifat seremonial.
Sebanyak 67 persen mengaku menentang naik takhtanya Charles menjadi raja Inggris.
Warga Kanada sebenarnya merasa sangat dekat dengan Ratu Elizabeth II hingga akhir hayatnya.
Namun, hubungan mereka dengan Kerajaan Inggris semakin tegang, sampai-sampai para pengamat percaya kematian sang ratu akan menghidupkan kembali perdebatan tentang masa depan sistem monarki di Kanada.
Dalam beberapa minggu ke depan, setelah masa berkabung usai, menurut March Chevrier, perdebatan akan kembali mengemuka.
Mengubah konstitusi dan menghapus monarki memerlukan upaya besar dan mungkin negosiasi politik selama bertahun-tahun karena memerlukan persetujuan bulat Parlemen serta pemerintah kesepuluh provinsi di Kanada.
Perdebatan semacam itu kemungkinan akan memanas di negara yang semakin terbelah secara politis itu.
(*)