Sosok Muchdi PR sendiri sudah malang melintang di belantika militer dan politik Indonesia.
Karier cemerlangnya di bidang militer dimulai usai dirinya lulus dari AKABRI pada 1970.
Pria yang lahir pada 15 April 1949 di Sleman, Yogyakarta, tersebut kemudian menjabat beberapa posisi penting dalam militer Indonesia.
Mulai dari Komandan Peleton Taruna (1971-1972, Komandan Kodim 1701/Jayapura (1988-1995), Pandam VI/Tanjung Pura (1997-1998) dan terakhir menjadi Danjen Kopassus (1998-1999).
Munculnya Muchdi PR dalam pucuk tertinggi Korps Baret Merah sendiri dipicu oleh pemecatan Danjen Kopassus sebelumnya, Prabowo Subianto.
Hanya saja, karier militernya pada akhirnya harus 'mentok' sampai pada jabatan tersebut.
Muchdi PR, seperti pendahulunya Prabowo, turut terseret dalam kasus penculikan 13 aktivis mahasiswa saat demonstrasi reformasi 1997-1998.
Sang jenderal kemudian harus pasrah 'dimabeskan' menjadi Perwira Tinggi (Pati) Mabes TNI (1999-2001).
Namun, meski karier militernya sudah terhenti, posisi mentereng lain kembali diemban Muchdi PR usai Megawati menjadi presiden Indonesia.
Dengan dalih untuk mendampingi A.M Hendropriyono yang menjadi Kepala BIN, Muchdi PR kemudian diangkat menjadi Deputi V BIN.
Dia menjabat posisi tersebut pada periode 2001 hingga 2005, beririsan dengan waktu pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib pada 7 September 2004.
KOMENTAR