Kesenian pada masa pemerintahan Sultan Agung merupakan campuran unsur Islam dan Hindu-Jawa.
Sayangnya, Mataram mulai menurun setelah mangkatnya Sultan Agung (1645).
Dan pada pertengahan abad ke-18, kehilangan kekuasaan dan wilayah kepada Perusahan Hindia Timur Belanda.
Itu telah menjadi negara bawahan pada tahun 1749.
Perang sukses terjadi di Mataram, yang mengakibatkan pembagian wilayah timur dan barat pada tahun 1755 dengan Perjanjian Giyanti.
Dalam perjanjian tersebut, Kesultanan mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakartar dan Nagari Kasunanan Surakarta.
Kasultanan Ngayogyakarta diserahkan kepada Hamengku Buwono I, sementara Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono III.
Baca Juga: 6 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, Termasuk Prasasti yang Menceritakan Asal-usul Balaputra Dewa
Baca Juga: 8 Peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang Berkuasa Antara Abad ke-16 hingga ke-18, Apa Saja?
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR