Intisari-Online.com - Para penguasa danelite masyarakat di banyak peradaban kuno biasanya tak hanya memiliki seorang istri.
Mereka juga memilikiselir atau gundik untuk beberapa tujuan.
Tujuannya yakni untukmeningkatkan prestise pria melalui kemampuannya untuk menghasilkan anak.
Tak hanya itu, kepemilikan akan gundik jugakesempatan tak terbatas untuk memanjakan hasrat seksual mereka.
Kebanyakan orang mengasosiasikan selir dengan peradaban Tiongkok kuno.
Para kaisar Tiongkok kuno diketahui telah menyimpan ribuan selir.
Namun, praktik mengambil selir tentu tidak eksklusif terjadi di Tiongkok.
Dikutip dari Ancient Origins, praktik mengambil selir telah ada sejak ribuan tahun lalu.
Di Yunani Kuno, hanya ada sedikit praktik memiliki selir yang dicatat tetapi muncul di sepanjang sejarah Athena.
Undang-undang menetapkan bahwa seorang pria dapat membunuh pria lain yang tertangkap mencoba menjalin hubungan dengan selirnya untuk menghasilkan anak-anak secara bebas.
Bahkan bahwa anak-anak seorang selir tidak diberikan kewarganegaraan.
Di bawah hukum Romawi, pergundikan ditoleransi karena hubungan tersebut bisa bertahan lama dan sifatnya yang eksklusif.
Praktek tersebut memungkinkan seorang pria Romawi untuk masuk ke dalam hubungan informal tetapi diakui dengan seorang wanita yang bukan istrinya.
Seringkali seorang selir ini merupakan wanita yang status sosialnya lebih rendah.
Meski begitu, penyebutan selir bukanlah sebuah penghinaan, bahkan 'gelar' itu sering tertulis di batu nisan.
(*)